Manajemen
strategik
diterapkan
dalam bisnis atau badan usaha agar
bisnis atau badan usaha berjalan dengan baik
dalam
mencapai tujuan yang
telah
ditetapkan. Dalam perkembangannya konsep mengenai manajemen
strategik
mengalami
perkembangan
yang cukup sifnifikan. Hal tersebut antara lain ditandai dengan berbagai definisi dari para ahli, yaitu :
Manajemen strategik adalah proses yang berkesinambungan
dimulai dari perumusan strategi, dilanjutkan dengan
pelaksanaan kemudian bergerak ke arah suatu peninjauan kembali dan penyempurnaan
strategik tersebut, karena keadaan di dalam dan di luar
perusahaan atau organisasi yang selalu berubah.
Manajemen
strategik merupakan arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif untuk
membantu mencapai sasaran perusahaan. Proses
manajemen strategik adalah suatu cara
dengan jalan bagaimana para perencana strategi menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategi.
Manajemen strategik
adalah untuk
merencanakan
suatu
arah bagi perusahaan (Freeman, 1995: 52).
Strategic management atau
manajemen strategis menurut Wheelen dan Hunger adalah “... That set
of managerial decisions and actions that determines the long-run performance of
a corporation.” (Wheelen dan Hunger, 1998, p.3). Manajer yang efektif
menyadari bahwa manajemen strategis sangat berperan dalam organisasi, terutama
menyangkut kinerjanya. Manajemen strategis merupakan tugas penting manajer yang
sangat berkaitan dengan fungsi-fungsi dasar manajamen.
Menurut
Alex Miller dalam Supratikno (2003:
11), manajemen strategik
sebaiknya tidak
dipahami sebagai
“tugas”, tetapi dipahami sebagai suatu “disiplin”. Dengan
demikian, manajemen
strategik bukan tugas sekelompok orang
dalam
organisasi, melainkan sebagai suatu metode berpikir
yang sebaiknya
dimiliki oleh setiap karyawan organisasi. Manajemen strategik dapat diartikan sebagai usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan
perusahaan untuk mengeksploitasi peluang bisnis yang
muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai
dengan misi yang
telah
ditentukan
(Muhammad, 2000:
6).Manajemen strategik menekankan perhatiannya
pada penempatan
organisasi
dalam kaitannya
dengan
lingkungan yang sedang berubah dan harapan-harapan yang berpengaruh (Yusanto, 2002: 119).
Salah satu
diantaranya menurut Wahjudi (1996: 15) “Manajemen
strategik
adalah suatu seni dan ilmu dari pembuatan (formulating),
penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) tentang keputusan-keputusan strategis
antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan masa mendatang.”
Pendapat selanjutnya diungkapkan oleh Hawawi dalam
Akdon (2007: 10) bahwa manajemen strategik adalah proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan
yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya,
yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya.
Manajemen strategik
adalah ilmu dan
kiat tentang perumusan (formulating), pelaksanaan (implementing), dan
evaluasi (evaluating). Keputusan-keputusan strategik antar fungsi-fungsi
manajemen yang
memungkinkan organisasi mencapai tujuan-tujuan masa depan secara efektif dan
efisien. Manajemen strategik adalah “seperangkat keputusan dan aksi manajerial
yang
menentukan kinerja jangka panjang suatu
organisasi”. Manajemen strategik meliputi scaning lingkungan, perumusan strategi
(perencanaan strategik), dan pelaksanaan strategi serta pengendalian dan evaluasi. Karena itu studi tentang “manajemen strategik menekankan pada pemantauan dan evaluasi peluang serta ancaman lingkungan berdasarkan analisis
kekuatan dan
kelemahan
organisasi. Manajemen
strategik
menekankan pada
pengamatan
dan
evaluasi peluang dan ancaman
lingkungan
dengan
melihat
kekuatan dan kelemahan perusahaan (Hunger, 2003: 4).
Dari beberapa
definisi
tentang manajemen strategik
yang ada, menurut penulis manajemen
strategik adalah menggabungkan pola berfikir strategik dengan fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan evaluasi.
Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
strategik adalah usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan perusahaan untuk mengeksploitasi peluang bisnis yang muncul guna mencapai
tujuan
perusahaan
yang telah ditetapkan
sesuai dengan misi yang
telah ditentukan pengertian
ini juga mengandung implikasi bahwa perusahaan-perusahaan mengurangi
kelemahannya,
dan berusaha melakukan adaptasi dengan lingkungan bisnisnya.
Implikasi dari berbagai paradigma baru ialah makin pentingnya penguasaan berbagai teori manajemen strategik dan menerapkannya secara tepat dalam mengelola organisasi ini
penting bagi manajer masa kini dan
masa yang akan datang. Meskipun memiliki ciri-ciri yang berbeda, manajemen bisnis berpengaruh pula dan dapat diterapkan dalam
organisasi
publik
dan
organisasi non profit.
A. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Manajemen Stratejik
Berangkat dari kenyataan bahwa manajemen strategik
mencakup manajemen organisasi
secara keseluruhan, maka manajemen strategik cenderung
menjadi suatu pokok
bahasan yang dapat dipandang dari berbagai perspektif yang berbeda, yaitu :
a) Manajemen strategik meningkatkan efektivitas organisasional
Dalam setiap organisasi terdapat dua
persyaratan yang sangat esensial untuk sukses, yaitu: efisiensi dan efektivitas. Efisiensi berhubungan dengan bagaimana sebaiknya suatu aktivitas dilakukan untuk mencapai
efisiensi, suatu organisasi perlu
menetapkan
suatu metode, prosedur,
sistem, aturan
dan lainnya untuk melaksanakan suatu aktivitas. Pendekatan
efisiensi memastikan bahwa
suatu organisasi melaksanakan aktivitas atau tindakan dengan benar (doing things right). Efektivitas berhubungan dengan
pelaksanaan aktivitas yang benar. Efektivitas
terutama ditentukan oleh hubungan antara suatu organisasi dan lingkungan eksternalnya. Pendek kata, efektivitas memastikan bahwa suatu
organisasi melaksanakan aktivitas yang benar (doing right things).
b) Manajemen strategik berorientasikan ke arah jangka panjang
Secara
umum strategi berbicara mengenai isu-isu yang menjangkau lebih dari
satu periode anggaran atau jangka pendek.
Manajemen strategik membahas persoalan
organisasi yang berdimensi masa depan, bukan masa kini atau masa lalu. Banyak
faktor atau
variabel yang mempengaruhi
perencanaan atau manajemen strategik dalam jangka panjang antara lain:
§ Faktor-faktor pasar
misalnya persaingan, prediksi
permintaan
masa yang akan
datang, ancaman produk
atau jasa substitusi, reliabilitas pemasak dan sebagainya.
§ Faktor-faktor manusia misalnya kapabilitas, preferensi manajemen.
§ Faktor-faktor kinerja. Organisasi yang
selalu
mempertahankan
atau memelihara kinerja atau
kondisi yang sedang dicapai berarti hanya fokus pada jangka pendek.
Seorang
manajer akan dapat mengetahui cara-cara atau metode yang
tepat untuk menghindari atau mengurangi
besarnya kerugian yang diderita perusahaan, sebagai akibat ketidakpastian terjadinya suatu peristiwa yang
merugikan (Djojosoedarso,1999: 5).
c) Manajemen strategik terdapat pada setiap level organisasi
Strategi dapat dianalisa pada tiga
level atau tingkatan organisasi, yaitu :
§ Strategi tingkat korporasi
yang membahas mengenai tipe
dan pilihan
bidang usaha serta
alokasi diantara
bidang
usaha yang dipilih.
§ Strategi tingkat bisnis atau strategi kompetitif yang membahas tentang
bagaimana organisasi
bisnis unit akan bersaing atau beroperasi
dalam industri atau pasar.
§ Strategi tingkat fungsional atau
tingkat operasional
yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi bisnis mengimplementasikan keputusan-keputusan strategiknya.
d) Manajemen strategik masyarakat pengetahuan yang luas tentang
organisasi
Sifat
keputusan-keputusan strategik yang
biasanya
menyangkut perubahan kebiasaan dan
perilaku diperlukan pandangan atau spektrum yang lebih luas tentang aktivitas- aktivitas lintas
fungsi
dalam suatu organisasi. Manajemen
strategik masyarakat wawasan general management bagi para manajer puncak atau CEO (Chief Executive Officer). CEO yang hanya fokus pada
bidang tertentu (misalnya enginering,
administrasi, akuntansi)
akan gagal melaksanakan sifat integratif
(terpadu). Dari
strategi dan tidak
akan mampu mendorong kinerja organisasi secara keseluruhan
dalam jangka panjang (Jatmiko, 2003: 6 – 9).
2.
Proses Manajemen Strategi
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa manajemen strategi
merupakan suatu proses, maka tentu saja ia terikat atau terdiri dari
rangkaian.
Analisa
Lingkungan
- Lingkungan eksternal:
a. a.Lingkungan umum
b. b.Lingkungan industri
- Lingkungan internal
|
Menentukan
& menetapkan arah perusahaan
Strategic
Architecture
Misi
Tujuan
Strategic
intent
|
Formulasi
Strategi
Tingkat
korporat
Tingkat
bisnis
Tingkat
fungsional
|
Implementasi
Strategi
Struktur
organisasi
Budaya
perusahaan
Kepemimpinan
|
Pengendalian
Strategi
Tradisional
Adaptif
|
Umpan
Balik
Agar
lebih jelas mengenai proses manajemen strategi di atas, maka berikut akan
dicoba dirinci satu demi satu:
a) Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan adalah proses awal dalam manajemen strategi
yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan
disini mencakup semua faktor baik yang berada di dalam maupun diluar perusahaan
yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan yang diinginkan.
Secara garis besar analisis lingkungan di sini akan mencakup
analisis mengenai lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan
eksternal akan mencakup lingkungan umum dan lingkungan industri, sedangkan
analisis internal akan mencakup analisis mengenai aktivitas perusahaan atau bisa
juga analisis mengenai sumberdaya, kapabilitas serta kompetensi inti yang
dimilikinya. Hasil dari analisis lingkungan ini setidaknya akan memberikan
gambaran tentang keadaan perusahaan yang biasanya disederhanakan dengan
memotret SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities And Threats) yang
dimilikinya. Analisis eksternal akan memberikan gambaran tentang peluang dan
ancaman (OT) sedangkan analisis lingkungan internal akan memberikan tentang
keunggulan dan kelemahan (SW) dari perusahaan.
b) Menentukan dan Menetapkan Arah Organisasi
Setelah melakukan analisis lingkungan diharapkan sudah dapat
memiliki gambaran mengenai posisi perusahaan dalam persaingan, dimana
diharapkan sudah mampu untuk mendefinisikan keunggulan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan (SWOT analisis ). Berdasarkan
informasi ini selanjutnya ditentukan dan ditetapkan ke arah mana
perusahaan hendak di arahkan.
Biasanya ada tiga indikator utama yang digunakan untuk
menentukan arah organisasi. Pertama adalah misinya. Misi ini berfungsi
sebagai raison d’etre, menjelaskan mengapa organisasi tersebut ada.
Selain itu misi ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran yang baik tentang
pelanggan, pasar, filosofi, citra yang diinginkan dari masyarakat serta
teknologi yang nantinya akan digunakan oleh perusahaan. Hal ini yang tak kalah
pentingnya dalam menentukan arah perusahaan ini adalah menetapkan tujuan yang
diinginkan perusahaan, dimana tujuan ini biasanya merefleksikan target yang
akan dicapai oleh organisasi. Yang kedua adalah visi, suatu perusahaan
sebaiknya memiliki sebuah visi. Yang ketiga adalah tujuan. Adapun tujuan yang
ingin dicapai oleh suatu perusahaan selama periode tertentu merupakan jangka
panjang. Tujuan semacam ini melibatkan penentuan profitabilitas, tingkat
pengambilan investasi, posisi kompetitif, keunggulan teknologi, produktifitas,
hubungan dengan karyawan, tanggungjawab public dan pengembangan karyawan.
Sedangkan tujuan jangka pendek merupakan hasil yang diinginkan perusahaan
selama kurang lebih satu tahun. Tujuan ini biasanya konsisten dengan tujuan
jangka panjang, karena merupakan turunan dan penjabarannya, seperti tujuan
aktifitas pemasaran, penggunaan bahan baku, perputaran karyawan, penjualan
jangka pendek dan sebagainya.
c) Formulasi Strategi
Setelah melakukan analisis lingkungan dan menentukan ke mana
organisasi akan diarahkan berdasarkan strategic architecture, misi
dan tujuan yang telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa
organisasi akan mencapai misi dan tujuan yang telah ditetapkan tadi. Untuk
itulah maka perlu diformulasikan berbagai strategi atau cara untuk mencapai
arah yang diinginkan tersebut. Formulasi strategi dalam hal ini adalah proses
merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada akhirnya menuntun pada
pencapaian misi dan tujuan organisasi. Fokus utama dari strategi organisasi
adalah bagaimana menyesuaikan diri agar dapat lebih baik dan lebih cepat
bereaksi dibanding pesaing dalam persaingan yang ada.
Isu formulasi strategi adalah mencakup pertanyaan bisnis apa
yang akan dimasuki, bisnis apa yang harus ditinggalkan, bagaimana mengembangkan
perusahaan, apakah harus ekspansi, diversifikasi bisnis, apakah harus memasuki
pasar internasional, apakah harus melakukan kerjasama (merger), dan apakah
harus melakukan restrukturisasi untuk menghindari pengambilalihan secara
paksa. Penyusunan strategi digunakan untuk menentukan strategi mana yang
akan memberikan keuntungan terbanyak dengan sumberdaya yang terbatas. Keputusan
formulasi strategi ini berkaitan dengan produk, pasar, sumberdaya, dan
teknologi spesifik yang menentukan keunggulan kompetitif untuk periode waktu
yang panjang.
d) Implementasi Strategi
Setelah sebuah strategi diformulasikan, strategi tersebut
harus dikembangkan secara logis dalam bentuk tindakan tahap inilah yang disebut
dengan implementasi strategi. Masalah implementasi ini cukup rumit, oleh karena
itu agar penerapan strategi organisasi dapat berhasil dengan baik, manajer
harus memiliki gagasan yang jelas tentang isu – isu yang berbeda dan bagaimana
cara menagtasinya.Melaksanakan strategi
berarti memobilisasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi
yang telah diformulasikan menajdi tindakan dan dapat dijalankan. Dalam tahap
ini masalah struktur organisasi, budaya perusahaan dan pola kepemimpinan akan
dibahas secara lebih mendalam.
e) Pengendalian Strategi
Pengendalian strategi adalah tahap terakhir dari proses
manajemen strategi yang dibahas dalam buku ini. Tahap pengendalian strategi ini
merupakan suatu jenis khusus dari pengendalian organisasi yang berfokus pada
pemantauan dan pengevaluasian proses manajemen strategi, dengan maksut untuk
memperbaiki dan memastikan bahwa system tersebut berfungsi sebagaimana mestinya.
Dalam tahap ini akan coba dievaluasi apakah implementasi strategi benar – benar
sesuai dengan formulasi strategi atau tidak. Atau apakah asumsi – asumsi yang
digunakan dalam analisis lingkungan masih valid atau tidak dan
sebagainya. Hasil dari tahap pengendalian strategi ini akan sangat bermanfaat
dan menjadi input untuk proses manajemen strategi perusahaan selanjutnya.
Dengan demikian perusahaan diharapkan akan tetap memiliki daya saing yang
berkelanjutan dalam persaingan.
Dengan
demikian, proses manajemen strategi bersifat dinamis dan merupakan sekumpulan
komitmen, keputusan, dan aksi yang diperlukan suatu perusahaan / organisasi
untuk mencapai strategic competitivieness dan menghasilkan keuntungan di atas
rata – rata.
3.
Model Manajemen Stratejik
a) Pemindaian
Lingkungan (Environmental Scanning)
Pemindaian lingkungan adalah memonitor,
mengevaluasi, dan mencari informasi dari lingkungan eksternal maupun internal
bagi orang-orang penting dalam perusahaan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor strategis elemen eksternal dan internal yang
akan menentukan masa depan perusahaan. Penyusunan strategi, khususnya
perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang biasanya berkaitan dengan
visi, misi dan kebijaksanaan suatu instansi. Biasanya penyusunan strategi
dimulai dengan melakukan analisa situasi untuk mendapatkan kesesuaian antara
peluang eksternal dan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan kelemahan
internal.
Salah satu alat yang paling sering
digunakan dalam analisa situasi adalah analisa SWOT. SWOT merupakan singkatan
dari Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan)
internal dari suatu instansi, serta Opportunities (peluang)
dan Threats (ancaman) dalam lingkungan yang dihadapi suatu instansi.
(Hunger dan Wheelen, 2006, p. 138)
Analisa SWOT merupakan cara sistematik
untuk mengidentifikasikan faktor-faktor ini. Analisa ini didasarkan pada asumsi
bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang, dan
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisa SWOT bukan hanya mengidentifikasi
kompetensi (kemampuan dan sumber daya) yang dimiliki perusahaan, tetapi juga
mengidentifikasi peluang yang belum dilakukan oleh perusahaan karena
keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana
ini memiliki dampak yang sangat besar atas rancangan suatu strategi yang
handal.
Adapun
penjelasan yang lebih rinci dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
§ Kekuatan
(Strengths): Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan- keunggulan lain,
relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar
yang dilayani atau
ingin dilayani oleh perusahaan.
Kekuatan adalah komparatif bagi perusahaan di pasar.
§ Kelemahan
(Weaknesses): Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber
daya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat
kinerja efektif perusahaan.
§ Peluang
(Opportunities): Peluang adalah suatu situasi penting yang menguntungkan
dalam lingkungan perusahaan.
Kecenderungan-kecenderungan
penting merupakan salah satu
sumber peluang.
§ Ancaman
(Threats): Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang
maupun yang diinginkan perusahaan.
Dari
analisa SWOT yang telah dilakukan, selanjutnya kita dapat menghasilkan beberapa
alternatif strategi yang mungkin dapat diterapkan. Komponen SWOT ini dapat
digunakan lebih lanjut dalam pembuatan matriks SWOT (SWOT matrix) atau lebih
dikenal dengan sebutan matriks TOWS (TOWS matrix). (Hunger dan Wheelen, 2006,
p. 144)
Gambar
3: Matriks TOW
b) Perumusan
Strategi (Strategy Formulation)
Perumusan strategi adalah pengembangan
rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman
lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Setelah mengetahui
yang menjadi ancaman yang dihadapi perusahaan, peluang atau kesempatan yang
dimiliki, serta kekuatan dan kelemahan yang ada pada perusahaan, maka
selanjutnya kita dapat menentukan atau merumuskan strategi perusahaan.
Perumusan strategi meliputi menentukan
misi perusahaan, menentukan tujuan-tujuan yang dapat dicapai, pengembangan
strategi, dan penetapan pedoman kebijakan.
1) Misi
Misi organisasi adalah tujuan atau
alasan mengapa organisasi tersebut berdiri atau ada.
Pernyataan misi organisasi yang disusun dnegan baik, mengidentifikasikan
tujuan mendasar dan yang membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan
lain, dan mengidentifikasi jangkauan operasi perusahaan dalam produk
yang ditawarkan dan pasar yang dilayani. Misi mengembangkan harapan pada
karyawan dan mengkomunikasikan pandangan umum untuk kelompok
pemegang saham utama dalam lingkungan kerja
perusahaan. Misi dapat ditetapkan secara sempit ataupun secara
luas. Tipe pernyataan misi sempit menegaskan secara jelas bisnis utama
organisasi, misi ini juga secara jelas membatasi jangkauan
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan produk atau
jasa yang ditawarkan
2) Tujuan
Tujuan merupakan hasil akhir
aktivitas perencanaan. Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan dan kapan
akan diselesaikan, dan sebaiknya diukur jika memungkinkan. Pencapaian tujuan
perusahaan merupakan hasil dari penyelesaian misi.
3) Strategi
Strategi perusahaan merupakan
rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perushaan akan
mencapai misi dan tujuannya. Strategi akan memaksimalkan keunggulan
kompetitif dan meminimalkan keterbatasan kemampuan
bersaing. Strategi ada yang dinamakan dengan strategi
eksplisit atau strategi yang dinyatakan, yaitu strategi yang dengannya
bberapa hal dapat diperdebatkan, seprti pengembangan akuisisi lini
produk baru. Akan tetapi, investigasi lebih lanjut barangkali
menyatakan adanya strategi implisit yang sangat berbeda. Manajer di semua
level mungkin mengakui bahwa perusahaan digambarkan dalam rencana
strategi yang mereka lakukan berbeda, tetapi bebrapa akan berani
mengakuinya. Seringkali satu-satunya cara untuk melihat strategi implisit
perusahaan adalah dnegan tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh para
manajer, melainkan memperhatikan apa yang mereka lakukan.
Strategi implisit dapat berasal dari
kebijakan perusahaan, program-program yang disetujui (dan tidak disetujui) dan
anggaran yang telah disahkan.Program divisi-divisi yang didukung dengan
anggaran yang besar dan ditangani oleh para manajer yang
dipertimbangkan untuk mendapatkan jalur promosi cepat,
menunjukkan di mana perusahaan menempatkan energi dan biayanya.
4) Kebijakan
Kebijakan menyediakan pedoan luas untuk
pengambilan keputusan organisasi secara keseluruhan. Kebijakan juga
merupakan pedoman luas yang menghubungkan perumusan strategi dan
implementasi. Kebijakan-kebijakan tersebut diinterpretasi dan diimplementasi
melalui strategi dan tujuan divisi masing-masing. Divisi-divisi
kemudian akan mengembangkan kebijakannya sendiri, yang akan menjadi
pedoman bagi wilayah fungsionalnya untuk diikuti.
c) Implementasi
Strategi (Strategy Implmentation)
Implementasi strategi adalah proses
dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui
pengembangan program, anggaran, dan prosedur. Proses tersebut mungkin meliputi
perubahan budaya secara menyeluruh, struktur dan atau sistem manajemen dari
organisasi secara keseluruhan.
1) Program
Program
adalah pernyataan aktivitas-aktivitas atau langkah-langkah yang
diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai. Program
melibatkan restrukturisasi perusahaan, perubahan budaya
internal perusahaan atau awal dari suatu usaha penelitian
baru.
2) Anggaran
Anggaran
adalah program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang, setiap program
akan dinyatakan secara rinci dalam biaya yang dapat digunakan oleh
manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan. Angaran tidak hanya
memberikan perencanaan rinci dari strategi baru
dalam tindakan,
tetapi juga menentukan dengan laporan keuangan proforma yang menunjukkan
pengaruh yang diharapkan dari kondisi keuangan perusahaan.
3) Prosedur
Prosedur
atau sering disebut dengan standard operating procedures (SOP)
adalah sistem langkah-langkah atau teknik-teknik yang
berurutan yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau
pekerjaan diselesaikan. Prosedur secara khusus merinci
berbagai aktivitas yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan
program-program perusahaan.
d) Evaluasi
dan Kontrol (Evaluation and Control)
Evaluasi
dan kontrol mengukur apa yang dapat dihasilkan atau diraih oleh perusahaan. Hal
ini berarti membandingkan antara kinerja perusahaan dengan hasil yang
diharapkan perusahaan. Kinerja adalah hasil akhir dari suatu aktivitas.
Ukuran apa yang dipilih untuk mengukur kinerja tergantung pada unit organisasi
yang akan dinilai dan tujuan yang akan dicapai. Tujuan yang telah dibuat
terlebih dahulu pada bagian formulasi strategi dari proses manajemen strategik
(seperti profitabilitas, pangsa pasar, pengurangan biaya dan sebagainya) harus
digunakan semestinya untuk mengukur kinerja perusahaan jika strategi tersebut
telah diimplementasikan.
Sebagai hasil akhir suatu aktivitas,
termasuk ke dalam kinerja adalah hasil yang aktual dari proses manajemen
strategik. Praktik strategik manajemen dijustifikasi dalam hal stabilitasnya
dalam hal maningkatkan kinerja perusahaan, khususnya yang diukur dengan laba
dan tingkat pengembalian investasi. Dalam evaluasi dan kontrol yang efektif,
manajer harus mencari informasi yang jelas dan tidak bias dari bawahannya. Dari
informasi tersebut dapat diketahui apa sebenarnya yang terjadi dan apa yang
telah direncanakan sebelumnya.
Dalam mengukur kinerja, harus
dipertimbangkan ukuran yang tepat. Beberapa ukuran, seperti tingkat
pengembalian investasi (ROI) dianggap tepat untuk mengevaluasi kemampuan
perusahaan atau divisi untuk mencapai tujuan profitabilitas. Tetapi ukuran ini
tidak cukup untuk mengukur tujuan lain perusahaan seperti tanggungjawab sosial
atau pengembangan karyawan. Walaupun demikian, profitabilitas memang merupakan
tujuan utama perusahaan. ROI dapat dihitung hanya jika laba telah dijumlahkan
secara total dalam jangka waktu tertentu. Hal tersebut akan memperlihatkan apa
yang terjadi setelah adanya fakta, bukan apa yang sedang terjadi atau yang akan
terjadi. Oleh karena itu, perusahaan tetap harus mengembangkan pengukuran
prifitabilitas. Hal ini merupakansteering control, karena mengukur variabel
yang mempengaruhi profitabilitas masa yang akan datang.
Selain itu, harus dipertimbangkan pula
jenis pengendalian. Pengendalian dibangun dengan fokus pada kinerja aktual,
pada aktivitas yang menghasilkan kinerja, atau pada sumberdaya yang digunakan
dalam menghasilkan kinerja. Pengendalian prilaku (behavior control)
mengkhususkan pada bagaimana sesuatu harus dikerjakan melalui kebijakan,
aturan, standar prosedur dan operasi, dan perintah dari atasan. Pengendalian
output (output control) mengkhususkan pada apa yang harus dicapai dengan fokus
pada hasil akhir dari prilaku melalui penggunaan target tujuan dan kinerja.
Pengendalian input (input control) fokus pada sumberdaya, seperti pengetahuan,
keahlian, kemampuan, nilai, dan motif karyawan.
4.
Ilustrasi Hirarki Strategi
Pada bab ini akan dijelaskan hirarki strategi yang ada dalam
sebuah organisasi. Dalam arti yang luas strategi dapat diurai mulai dari
tingkat korporasi sampai level pelaksana kegiatan, namun untuk tujuan
prencanaan jangka panjang dalam organisasi hanya umum dikenal strategi
korporasi, strategi bisnis, dan strategi fungsional.
Ilustrasi hierarki strategi dibagi dalam tiga tingkatan,
yaitu:
a) Strategi korporasi
Sering dijumpai sebuah organisasi memiliki lebih dari satu
unit bisnis atau kegiatan. Bisnis-bisnis yang digeluti organisasi tersebut
mungkin semuanya ditujukan untuk mengejar keuntungan (profit oriented) atau
mungkin semuanya ditujukan untuk kegiatan social (non profit / social
oriented) atau gabungan keduanya, yaitu sebuah organisasi memiliki
beberapa bisnis yang bersifat ‘profit oriented’ dan beberapa bisnis yang
bersifat non profit oriented/social.
Strategi korporasi dirumuskan oleh organisasi induk.
Sedangkan strategi bisnis dirumuskan oleh setiap organisasi anak yang bisa
dijuluki sebagai unit bisnis, unit kegiatan, perusahaan atau yayasan.
Banyak
pendapat tentang fokus rumusan strategi korporasi yang akhirnya dirumuskan
strategi kororasi akan menghasilkan rumusan berikut ini:
1) Peran (Role and Purposes)
Menunjukkan
maksud berdirinya organisasi yaitu peran yang diemban atau sumbangsih ekonomi
dan atau non ekonomi yang ingin diberikan oleh organisasi induk dan
masing-masing organisasi anak kepada pemilik atau stakeholder lain yang
dianggap penting.
2) Lingkup Bisnis (Scope of Business)
Ruang
lingkup bisnis atau bidang kegiatan yang boleh atau harus dimasuki organisasi
induk. Selanjutnya dijabarkan menjadi ruang lingkup bisnis atau bidang kegiatan
yang boleh atau harus dimasuki oleh organisasi anak. Jika memungkinkan juga
berisi penjelasan tentang sinergi satu bisnis degan bisnis lain.
3) Bauran Bisnis (Portfolio)
Menjelaskan
portfolio unit-unit bisnis yang ingin dicapai pada akhir periode perencanaan
dan jika dirasa perlu dirumuskan pula pola kerangka cara pencapaiannya,
kebijakan-kebijakan dan rencana ynag dianggap prinsipiil. Setelah itu, dibuat
rencana untuk alokasi sumberdaya yang sesuai portofolio yang telah
direncanakan.
4) Organisasi (Organizational)
Rancangan
dasar mekanisme kegiatan, struktur organisasi, keuangan dan lain-lain; yang
menunjukkan pola mengkoordinasikan unit-unit yang dimiliki organisasi induk.
b) Strategi bisnis
Maksud
utama dilakukan analisis strategi bisnis menurut Hofer adalah untuk
mengidentifikasi kesempatan dan ancaman yang akan dihadapi bisnis dimasa depan
serta menggali kemampuan sumberdaya dan skill yang dimiliki organisasi yang
dapat digunakan untuk menangani kesempatan dan ancaman sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai. Strategi bisnis fokus pada ‘bagaimana bersaing’ pada
industri, produk atau pasar tertentu.
Sedangkan menurut Bateman strategi bisnis pada umumnya
dirancang untuk meletakkan bisnis pada suatu posisi yang diinginkan dalam suatu
industri tertentu, sedemikian sehingga pada akhir periode perencanaan dapat
diperoleh tujuan seperti yang diharapkan. Strategi bisnis akan membantu membentuk
keunggulan tertentu dibandingkan dengan pesaing.
Ditambah dengan pendapat-pendapat ahli yang lain maka
disimpulkan bahwa strategi bisnis adalah strategi yang dipergunakan unit bisnis
untuk bersaing dalam suatu industritertentu guna mendapatkan tujuan yang
ditetapkan. Strategi bisnis akan menghasilkan rumusan sebagai berikut:
§ Bagaimana memposisikan diri terhadap
pesaing.
§ Penentuan target atau criteria
pencapaian yang harus dikejar unit strategi bisnis/unit kegiatan/organisasi
anak pada akhir periode perencanaan.
§ Bagaimana bersaing untuk mendapatkan
konsumen, sumberdaya, keuntungan, maupun suatu posisi yang diinginkan. Biasanya
mencakup pendapatan pasar yang dimasuki, produk/jasa yang ditawarkan, harga,
dan kekuatan skill.
§ Bagaimana fungsi-fungsi dalam
organisasi anak akan dikoordinasikan dan dukungan yang diharapkan dari setiap
fungsi.
c) Strategi fungsional
Fokus utama perumusan strategi fungsional adalah untuk
memaksimalkan produktivitas sumberdaya yang dimilik melalui penetapan tujuan
dan rencana-rencana tindakan fungsional yang dapat mengarahkan kegiatan dan
perilaku orang sehingga dapat mendukung pencapaian strategi yang lebih besar.
Strategi fungsional dibuat oleh fungsi-fungsi dalam organisasi misi fungsi
pemasaran, keuangan, organisasi/tatalaksana, dan kepegawaian.
5.
Manfaat Manajemen
Strategik
Dengan
menggunakan
manajemen
strategik
sebagai
suatu kerangka kerja (frame work) untuk
menyelesaikan setiap masalah strategik di
dalam perusahaan, terutama yang berkaitan dengan persaingan, maka para manajer diajak untuk berpikir lebih kreatif atau berpikir secara strategik. Pemecahan masalah dengan menghasilkan dan mempertimbangkan
lebih banyak alternatif yang dibangun dari suatu analisa yang lebih teliti akan lebih menjanjikan suatu hasil yang menguntungkan.
Adapun
beberapa manfaat yang diperoleh organisasi jika mereka menerapkan manajemen strategik, yaitu :
a) Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju.
b) Membantu
organisasi beradaptasi
pada perubahan-perubahan
yang terjadi.
c) Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif.
d) Mengidentifikasikan keunggulan komparatif
suatu organisasi
dalam lingkungan yang semakin beresiko.
e) Aktivitas
pembuatan strategi
akan mempertinggi
kemampuan perusahaan untuk mencegah munculnya masalah dimasa datang.
f) Keterlibatan karyawan
dalam pembuatan
strategi akan lebih
memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya.
g) Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi.
h) Sifat
untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi.