Minggu, 10 Januari 2016

Manajemen Stratejik



Manajemen  strategik  diterapkan  dalam  bisnis  atau  badan usaha agar bisnis atau badan usaha berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam perkembangannya konsep  mengenai  manajemen  strategik  mengalami  perkembangan yang cukup sifnifikan. Hal tersebut antara lain ditandai dengan berbagai definisi dari para ahli, yaitu :
Manajemen strategik adalah proses yang berkesinambungan dimulai  dari  perumusan  strategi,  dilanjutkan  dengan  pelaksanaan kemudian    bergerak    ke   arah   suatu   peninjauan    kembali   dan penyempurnaan  strategik tersebut, karena keadaan di dalam dan di luar perusahaan atau organisasi yang selalu berubah. Manajemen strategik  merupakan  arus  keputusan  dan  tindakan  yang  mengarah pada perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategik adalah suatu cara dengan jalan bagaimana para perencana strategi  menentukan   sasaran  dan  membuat  kesimpulan   strategi. Manajemen  strategik  adalah  untuk  merencanakan  suatu  arah bagi perusahaan (Freeman, 1995: 52).
Strategic management atau manajemen strategis menurut Wheelen dan Hunger  adalah “... That set of managerial decisions and actions that determines the long-run performance of a corporation.” (Wheelen dan Hunger, 1998, p.3). Manajer yang efektif menyadari bahwa manajemen strategis sangat berperan dalam organisasi, terutama menyangkut kinerjanya. Manajemen strategis merupakan tugas penting manajer yang sangat berkaitan dengan fungsi-fungsi dasar manajamen.
Menurut  Alex  Miller  dalam  Supratikno  (2003:  11), manajemen  strategik  sebaiknya  tidak  dipahami  sebagai  “tugas”, tetapi   dipahami   sebagai   suatu   disiplin.   Dengan   demikian, manajemen  strategik  bukan tugas sekelompok  orang dalam organisasi, melainkan sebagai suatu metode berpikir yang sebaiknya dimiliki oleh setiap karyawan organisasi. Manajemen strategik dapat diartikan sebagai usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan perusahaan untuk mengeksploitasi peluang bisnis yang muncul guna mencapai  tujuan  perusahaan  yang  telah  ditetapkan  sesuai  dengan misi   yang   telah   ditentukan   (Muhammad,   2000:   6).Manajemen strategik  menekankan   perhatiannya  pada  penempatan  organisasi dalam  kaitannya  dengan  lingkungan  yang  sedang  berubah  dan harapan-harapan yang berpengaruh (Yusanto, 2002: 119).
Salah satu diantaranya menurut Wahjudi (1996: 15) “Manajemen  strategik  adalah suatu seni dan ilmu dari pembuatan (formulating),  penerapan  (implementing)  dan evaluasi  (evaluating) tentang keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan masa mendatang.
Pendapat   selanjutnya   diungkapkan   oleh   Hawawi   dalam Akdon (2007: 10) bahwa manajemen  strategik  adalah proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan  menyeluruh,  disertai  penetapan  cara  melaksanakannya,  yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya.
Manajemen  strategik  adalah  ilmu  dan  kiat  tentang perumusan  (formulating), pelaksanaan (implementing), dan evaluasi (evaluating). Keputusan-keputusan strategik antar fungsi-fungsi manajemen yang memungkinkan organisasi mencapai tujuan-tujuan masa depan secara efektif dan efisien. Manajemen strategik adalah “seperangkat   keputusan   dan  aksi   manajerial   yang   menentukan kinerja jangka panjang suatu organisasi”. Manajemen strategik meliputi scaning lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategik), dan pelaksanaan strategi serta pengendalian dan evaluasi. Karena itu studi tentang manajemen strategik menekankan pada pemantauan dan evaluasi peluang serta ancaman lingkungan berdasarkan  analisis  kekuatan  dan  kelemahan  organisasi. Manajemen  strategik  menekankan  pada  pengamatan  dan  evaluasi peluang  dan  ancaman  lingkungan  dengan  melihat  kekuatan  dan kelemahan perusahaan (Hunger, 2003: 4).
Dari  beberapa  definisi  tentang  manajemen  strategik  yang ada, menurut penulis manajemen  strategik adalah menggabungkan pola berfikir strategik dengan fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen strategik adalah usaha manajerial menumbuhkembangkan  kekuatan perusahaan untuk mengeksploitasi peluang bisnis yang muncul guna mencapai  tujuan  perusahaan  yang  telah  ditetapkan  sesuai  dengan misi   yang   telah   ditentukan   pengertian   ini   juga   mengandung implikasi bahwa perusahaan-perusahaan mengurangi kelemahannya, dan berusaha melakukan adaptasi dengan lingkungan bisnisnya.
Implikasi dari berbagai paradigma  baru ialah makin pentingnya penguasaan berbagai teori manajemen strategik dan menerapkannya secara tepat dalam mengelola organisasi ini penting bagi manajer masa kini dan masa yang akan datang. Meskipun memiliki ciri-ciri yang berbeda, manajemen bisnis berpengaruh pula dan  dapat  diterapkan  dalam  organisasi  publik  dan  organisasi  non profit.

A.    PEMBAHASAN
1.      Karakteristik Manajemen Stratejik
Berangkat dari kenyataan bahwa manajemen strategik mencakup  manajemen  organisasi  secara  keseluruhan,  maka manajemen strategik cenderung menjadi suatu pokok bahasan yang dapat dipandang dari berbagai perspektif yang berbeda, yaitu :
a)      Manajemen strategik meningkatkan efektivitas organisasional
Dalam setiap organisasi terdapat dua persyaratan yang sangat esensial untuk sukses, yaitu: efisiensi dan efektivitas. Efisiensi   berhubungan   dengan   bagaimana   sebaiknya   suatu aktivitas  dilakukan  untuk  mencapai  efisiensi,  suatu  organisasi perlu  menetapkan  suatu  metode,  prosedur,  sistem,  aturan  dan lainnya  untuk  melaksanakan  suatu  aktivitas.  Pendekatan efisiensi memastikan bahwa suatu organisasi melaksanakan aktivitas atau tindakan dengan benar (doing things right). Efektivitas   berhubungan   dengan   pelaksanaan   aktivitas   yang benar.  Efektivitas  terutama  ditentukan  oleh  hubungan  antara suatu organisasi dan lingkungan eksternalnya. Pendek kata, efektivitas memastikan bahwa suatu organisasi melaksanakan aktivitas yang benar (doing right things).
b)      Manajemen strategik berorientasikan ke arah jangka panjang
Secara umum strategi berbicara mengenai isu-isu yang menjangkau   lebih   dari   satu   periode   anggaran   atau   jangka pendek.  Manajemen  strategik  membahas  persoalan  organisasi yang berdimensi masa depan, bukan masa kini atau masa lalu. Banyak  faktor  atau  variabel  yang  mempengaruhi  perencanaan atau manajemen strategik dalam jangka panjang antara lain:
§  Faktor-faktor   pasar   misalnya   persaingan,   prediksi permintaan  masa  yang  akan  datang,  ancaman  produk  atau jasa substitusi, reliabilitas pemasak dan sebagainya.
§  Faktor-faktor  manusia misalnya kapabilitas,  preferensi manajemen.
§  Faktor-faktor     kinerja.     Organisasi     yang     selalu mempertahankan atau memelihara kinerja atau kondisi yang sedang dicapai berarti hanya fokus pada jangka pendek.
Seorang  manajer  akan dapat mengetahui  cara-cara  atau metode yang tepat untuk menghindari atau mengurangi besarnya kerugian yang diderita perusahaan, sebagai akibat ketidakpastian terjadinya   suatu   peristiwa   yang   merugikan   (Djojosoedarso,1999: 5).
c)      Manajemen strategik terdapat pada setiap level organisasi
Strategi dapat dianalisa pada tiga level atau tingkatan organisasi, yaitu :
§  Strategi tingkat korporasi yang membahas mengenai tipe dan pilihan  bidang  usaha  serta  alokasi  diantara  bidang  usaha yang dipilih.
§  Strategi  tingkat  bisnis  atau strategi  kompetitif  yang membahas tentang bagaimana organisasi bisnis unit akan bersaing atau beroperasi dalam industri atau pasar.
§  Strategi tingkat fungsional atau tingkat operasional yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi bisnis mengimplementasikan keputusan-keputusan strategiknya.
d)     Manajemen strategik masyarakat pengetahuan yang luas tentang organisasi
Sifat keputusan-keputusan strategik yang biasanya menyangkut   perubahan   kebiasaan   dan   perilaku   diperlukan pandangan atau spektrum yang lebih luas tentang aktivitas- aktivitas   lintas   fungsi   dalam   suatu   organisasi.   Manajemen strategik masyarakat wawasan general management bagi para manajer puncak atau CEO (Chief Executive Officer). CEO yang hanya fokus pada bidang tertentu (misalnya enginering, administrasi, akuntansi) akan gagal melaksanakan sifat integratif (terpadu).  Dari  strategi  dan  tidak  akan  mampu  mendorong kinerja organisasi secara keseluruhan dalam jangka panjang (Jatmiko, 2003: 6 9).

2.      Proses Manajemen Strategi
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa manajemen strategi merupakan suatu proses, maka tentu saja ia terikat atau terdiri dari rangkaian.
Analisa
Lingkungan


   - Lingkungan eksternal:
a.    a.Lingkungan umum
b.    b.Lingkungan industri
   - Lingkungan internal
Menentukan & menetapkan arah perusahaan
                                      
Strategic Architecture
        Misi
        Tujuan
        Strategic intent
Formulasi Strategi

                   
         Tingkat korporat
         Tingkat bisnis
         Tingkat fungsional
Implementasi Strategi

                   
        Struktur organisasi
        Budaya perusahaan
        Kepemimpinan
Pengendalian Strategi


       Tradisional
       Adaptif
                                                   Umpan Balik                                                               
Agar lebih jelas mengenai proses manajemen strategi di atas, maka berikut akan dicoba dirinci satu demi satu:
a)      Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan disini mencakup semua faktor baik yang berada di dalam maupun diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan yang diinginkan.
Secara garis besar analisis lingkungan di sini akan mencakup analisis mengenai lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal akan mencakup lingkungan umum dan lingkungan industri, sedangkan analisis internal akan mencakup analisis mengenai aktivitas perusahaan atau bisa juga analisis mengenai sumberdaya, kapabilitas serta kompetensi inti yang dimilikinya. Hasil dari analisis lingkungan ini setidaknya akan memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan yang biasanya disederhanakan dengan memotret SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities And Threats)  yang dimilikinya. Analisis eksternal akan memberikan gambaran tentang peluang dan ancaman (OT) sedangkan analisis lingkungan internal akan memberikan tentang keunggulan dan kelemahan (SW) dari perusahaan.
b)      Menentukan dan Menetapkan Arah Organisasi
Setelah melakukan analisis lingkungan diharapkan sudah dapat memiliki gambaran mengenai posisi perusahaan dalam persaingan, dimana diharapkan sudah mampu untuk mendefinisikan keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan (SWOT analisis ). Berdasarkan informasi ini selanjutnya ditentukan dan ditetapkan ke  arah mana perusahaan hendak di arahkan.
Biasanya ada tiga indikator utama yang digunakan untuk menentukan arah organisasi. Pertama adalah misinya. Misi ini berfungsi sebagai raison d’etre, menjelaskan mengapa organisasi tersebut ada. Selain itu misi ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran yang baik tentang pelanggan, pasar, filosofi, citra yang diinginkan dari masyarakat serta teknologi yang nantinya akan digunakan oleh perusahaan. Hal ini yang tak kalah pentingnya dalam menentukan arah perusahaan ini adalah menetapkan tujuan yang diinginkan perusahaan, dimana tujuan ini biasanya merefleksikan target yang akan dicapai oleh organisasi. Yang kedua adalah visi, suatu perusahaan sebaiknya memiliki sebuah visi. Yang ketiga adalah tujuan. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan selama periode tertentu merupakan jangka panjang. Tujuan semacam ini melibatkan penentuan profitabilitas, tingkat pengambilan investasi, posisi kompetitif, keunggulan teknologi, produktifitas, hubungan dengan karyawan, tanggungjawab public dan pengembangan karyawan. Sedangkan tujuan jangka pendek merupakan hasil yang diinginkan perusahaan selama kurang lebih satu tahun. Tujuan ini biasanya konsisten dengan tujuan jangka panjang, karena merupakan turunan dan penjabarannya, seperti tujuan aktifitas pemasaran, penggunaan bahan baku, perputaran karyawan, penjualan jangka pendek dan sebagainya.
c)      Formulasi Strategi
Setelah melakukan analisis lingkungan dan menentukan ke mana organisasi akan diarahkan berdasarkan strategic architecture, misi dan tujuan yang telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa organisasi akan mencapai misi dan tujuan yang telah ditetapkan tadi. Untuk itulah maka perlu diformulasikan berbagai strategi atau cara untuk mencapai arah yang diinginkan tersebut. Formulasi strategi dalam hal ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. Fokus utama dari strategi organisasi adalah bagaimana menyesuaikan diri agar dapat lebih baik dan lebih cepat bereaksi dibanding pesaing dalam persaingan yang ada.
Isu formulasi strategi adalah mencakup pertanyaan bisnis apa yang akan dimasuki, bisnis apa yang harus ditinggalkan, bagaimana mengembangkan perusahaan, apakah harus ekspansi, diversifikasi bisnis, apakah harus memasuki pasar internasional, apakah harus melakukan kerjasama (merger), dan apakah harus melakukan restrukturisasi untuk menghindari pengambilalihan secara paksa. Penyusunan strategi digunakan untuk menentukan strategi mana yang akan memberikan keuntungan terbanyak dengan sumberdaya yang terbatas. Keputusan formulasi strategi ini berkaitan dengan produk, pasar, sumberdaya, dan teknologi spesifik yang menentukan keunggulan kompetitif untuk periode waktu yang panjang.
d)     Implementasi Strategi
Setelah sebuah strategi diformulasikan, strategi tersebut harus dikembangkan secara logis dalam bentuk tindakan tahap inilah yang disebut dengan implementasi strategi. Masalah implementasi ini cukup rumit, oleh karena itu agar penerapan strategi organisasi dapat berhasil dengan baik, manajer harus memiliki gagasan yang jelas tentang isu – isu yang berbeda dan bagaimana cara menagtasinya.Melaksanakan strategi berarti memobilisasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan menajdi tindakan dan dapat dijalankan. Dalam tahap ini masalah struktur organisasi, budaya perusahaan dan pola kepemimpinan akan dibahas secara lebih mendalam.
e)      Pengendalian Strategi
Pengendalian strategi adalah tahap terakhir dari proses manajemen strategi yang dibahas dalam buku ini. Tahap pengendalian strategi ini merupakan suatu jenis khusus dari pengendalian organisasi yang berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian proses manajemen strategi, dengan maksut untuk memperbaiki dan memastikan bahwa system tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam tahap ini akan coba dievaluasi apakah implementasi strategi benar – benar sesuai dengan formulasi strategi atau tidak. Atau apakah asumsi – asumsi yang digunakan dalam analisis lingkungan masih valid atau tidak  dan sebagainya. Hasil dari tahap pengendalian strategi ini akan sangat bermanfaat dan menjadi input untuk proses manajemen strategi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian perusahaan diharapkan akan tetap memiliki daya saing yang berkelanjutan dalam persaingan. 
Dengan demikian, proses manajemen strategi bersifat dinamis dan merupakan sekumpulan komitmen, keputusan, dan aksi yang diperlukan suatu perusahaan / organisasi untuk mencapai strategic competitivieness dan menghasilkan keuntungan di atas rata – rata.
3.      Model Manajemen Stratejik 
a)      Pemindaian Lingkungan (Environmental Scanning)
Pemindaian lingkungan adalah memonitor, mengevaluasi, dan mencari informasi dari lingkungan eksternal maupun internal bagi orang-orang penting dalam perusahaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis elemen eksternal dan internal yang akan menentukan masa depan perusahaan. Penyusunan strategi, khususnya perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang biasanya berkaitan dengan visi, misi dan kebijaksanaan suatu instansi. Biasanya penyusunan strategi dimulai dengan melakukan analisa situasi untuk mendapatkan kesesuaian antara peluang eksternal dan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan kelemahan internal.
Salah satu alat yang paling sering digunakan dalam analisa situasi adalah analisa SWOT. SWOT merupakan singkatan dari Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) internal dari suatu instansi, serta Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) dalam lingkungan yang dihadapi suatu instansi. (Hunger dan Wheelen, 2006, p. 138)
Analisa SWOT merupakan cara sistematik untuk mengidentifikasikan faktor-faktor ini. Analisa ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang, dan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisa SWOT bukan hanya mengidentifikasi kompetensi (kemampuan dan sumber daya) yang dimiliki perusahaan, tetapi juga mengidentifikasi peluang yang belum dilakukan oleh perusahaan karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki dampak yang sangat besar atas rancangan suatu strategi yang handal.
Adapun penjelasan yang lebih rinci dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut : 
§  Kekuatan (Strengths): Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan-  keunggulan      lain, relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang     dilayani atau ingin       dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah   komparatif bagi perusahaan di pasar.
§  Kelemahan (Weaknesses): Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan.
§  Peluang (Opportunities): Peluang adalah suatu situasi penting yang menguntungkan dalam         lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting        merupakan salah satu sumber peluang.
§  Ancaman (Threats): Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang maupun yang diinginkan perusahaan.
Dari analisa SWOT yang telah dilakukan, selanjutnya kita dapat menghasilkan beberapa alternatif strategi yang mungkin dapat diterapkan. Komponen SWOT ini dapat digunakan lebih lanjut dalam pembuatan matriks SWOT (SWOT matrix) atau lebih dikenal dengan sebutan matriks TOWS (TOWS matrix). (Hunger dan Wheelen, 2006, p. 144)
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgj4jwGOMe40GNpG4a0YLaAmMGMgfOaCKUmXbDzyhneLf0FcePD_ruWa82lHV__nSYWh5QnZRwBaz9NBuqFM1pHxBQwFXSUe78AWBAVXPyfKHafSMb6CT20cDJidbxGk-2CMMTS_TyOB6U/s400/fds.jpg
Gambar 3: Matriks TOW
b)      Perumusan Strategi (Strategy Formulation)
Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Setelah mengetahui yang menjadi ancaman yang dihadapi perusahaan, peluang atau kesempatan yang dimiliki, serta kekuatan dan kelemahan yang ada pada perusahaan, maka selanjutnya kita dapat menentukan atau merumuskan strategi perusahaan.
Perumusan strategi meliputi menentukan misi perusahaan, menentukan tujuan-tujuan yang dapat dicapai, pengembangan strategi, dan penetapan pedoman kebijakan.
1)      Misi
Misi organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi tersebut   berdiri atau ada. Pernyataan misi organisasi yang disusun dnegan baik, mengidentifikasikan tujuan mendasar dan yang membedakan suatu  perusahaan dengan perusahaan lain, dan mengidentifikasi jangkauan operasi  perusahaan dalam produk yang ditawarkan dan pasar yang dilayani. Misi mengembangkan harapan pada karyawan dan mengkomunikasikan  pandangan umum untuk kelompok pemegang saham utama dalam   lingkungan kerja perusahaan.  Misi dapat ditetapkan secara sempit ataupun secara luas. Tipe pernyataan misi sempit menegaskan secara jelas bisnis utama organisasi, misi ini juga secara jelas membatasi jangkauan aktivitas    perusahaan yang berhubungan dengan produk atau jasa yang ditawarkan
2)      Tujuan
Tujuan merupakan hasil akhir aktivitas perencanaan. Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan dan kapan akan diselesaikan, dan sebaiknya diukur jika memungkinkan. Pencapaian tujuan perusahaan merupakan hasil dari penyelesaian misi.
3)      Strategi
Strategi perusahaan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perushaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi akan memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan   keterbatasan kemampuan bersaing.  Strategi ada yang dinamakan dengan   strategi eksplisit atau strategi yang dinyatakan, yaitu strategi yang dengannya bberapa hal dapat diperdebatkan, seprti pengembangan akuisisi  lini produk baru. Akan tetapi, investigasi lebih lanjut barangkali menyatakan adanya strategi implisit yang sangat berbeda. Manajer di semua level mungkin mengakui bahwa perusahaan digambarkan dalam rencana strategi yang mereka lakukan berbeda, tetapi bebrapa akan berani mengakuinya. Seringkali satu-satunya cara untuk melihat strategi implisit perusahaan adalah dnegan tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh para manajer, melainkan memperhatikan apa yang mereka lakukan.
Strategi implisit dapat berasal dari kebijakan perusahaan, program-program yang disetujui (dan tidak disetujui) dan anggaran yang telah disahkan.Program divisi-divisi yang didukung dengan anggaran yang besar dan ditangani oleh para manajer yang dipertimbangkan untuk mendapatkan   jalur promosi cepat, menunjukkan di mana perusahaan menempatkan energi dan biayanya.
4)      Kebijakan
Kebijakan menyediakan pedoan luas untuk pengambilan keputusan organisasi secara keseluruhan. Kebijakan juga merupakan pedoman luas yang menghubungkan perumusan strategi dan implementasi. Kebijakan-kebijakan tersebut diinterpretasi dan diimplementasi melalui strategi dan  tujuan divisi masing-masing. Divisi-divisi kemudian akan mengembangkan kebijakannya sendiri, yang akan menjadi pedoman bagi wilayah fungsionalnya untuk diikuti.
c)      Implementasi Strategi (Strategy Implmentation)
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur. Proses tersebut mungkin meliputi perubahan budaya secara menyeluruh, struktur dan atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan.
1)      Program
Program adalah pernyataan aktivitas-aktivitas atau langkah-langkah  yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai. Program melibatkan restrukturisasi perusahaan, perubahan budaya internal  perusahaan atau awal dari suatu usaha penelitian baru. 
2)      Anggaran
Anggaran adalah program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang, setiap program akan dinyatakan secara rinci dalam biaya yang dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan. Angaran tidak hanya memberikan perencanaan rinci dari strategi baru dalam           tindakan, tetapi juga menentukan dengan laporan keuangan proforma yang menunjukkan pengaruh yang diharapkan dari kondisi keuangan perusahaan.
3)      Prosedur
Prosedur atau sering disebut dengan standard operating procedures  (SOP) adalah sistem langkah-langkah atau teknik-teknik yang berurutan yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan    diselesaikan. Prosedur secara khusus merinci berbagai aktivitas yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan program-program perusahaan.
d)     Evaluasi dan Kontrol (Evaluation and Control)
Evaluasi dan kontrol mengukur apa yang dapat dihasilkan atau diraih oleh perusahaan. Hal ini berarti membandingkan antara kinerja perusahaan dengan hasil yang diharapkan perusahaan. Kinerja adalah hasil akhir dari suatu aktivitas. Ukuran apa yang dipilih untuk mengukur kinerja tergantung pada unit organisasi yang akan dinilai dan tujuan yang akan dicapai. Tujuan yang telah dibuat terlebih dahulu pada bagian formulasi strategi dari proses manajemen strategik (seperti profitabilitas, pangsa pasar, pengurangan biaya dan sebagainya) harus digunakan semestinya untuk mengukur kinerja perusahaan jika strategi tersebut telah diimplementasikan.
Sebagai hasil akhir suatu aktivitas, termasuk ke dalam kinerja adalah hasil yang aktual dari proses manajemen strategik. Praktik strategik manajemen dijustifikasi dalam hal stabilitasnya dalam hal maningkatkan kinerja perusahaan, khususnya yang diukur dengan laba dan tingkat pengembalian investasi. Dalam evaluasi dan kontrol yang efektif, manajer harus mencari informasi yang jelas dan tidak bias dari bawahannya. Dari informasi tersebut dapat diketahui apa sebenarnya yang terjadi dan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam mengukur kinerja, harus dipertimbangkan ukuran yang tepat. Beberapa ukuran, seperti tingkat pengembalian investasi (ROI) dianggap tepat untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan atau divisi untuk mencapai tujuan profitabilitas. Tetapi ukuran ini tidak cukup untuk mengukur tujuan lain perusahaan seperti tanggungjawab sosial atau pengembangan karyawan. Walaupun demikian, profitabilitas memang merupakan tujuan utama perusahaan. ROI dapat dihitung hanya jika laba telah dijumlahkan secara total dalam jangka waktu tertentu. Hal tersebut akan memperlihatkan apa yang terjadi setelah adanya fakta, bukan apa yang sedang terjadi atau yang akan terjadi. Oleh karena itu, perusahaan tetap harus mengembangkan pengukuran prifitabilitas. Hal ini merupakansteering control, karena mengukur variabel yang mempengaruhi profitabilitas masa yang akan datang.
Selain itu, harus dipertimbangkan pula jenis pengendalian. Pengendalian dibangun dengan fokus pada kinerja aktual, pada aktivitas yang menghasilkan kinerja, atau pada sumberdaya yang digunakan dalam menghasilkan kinerja. Pengendalian prilaku (behavior control) mengkhususkan pada bagaimana sesuatu harus dikerjakan melalui kebijakan, aturan, standar prosedur dan operasi, dan perintah dari atasan. Pengendalian output (output control) mengkhususkan pada apa yang harus dicapai dengan fokus pada hasil akhir dari prilaku melalui penggunaan target tujuan dan kinerja. Pengendalian input (input control) fokus pada sumberdaya, seperti pengetahuan, keahlian, kemampuan, nilai, dan motif karyawan.
4.      Ilustrasi Hirarki Strategi
Pada bab ini akan dijelaskan hirarki strategi yang ada dalam sebuah organisasi. Dalam arti yang luas strategi dapat diurai mulai dari tingkat korporasi sampai level pelaksana kegiatan, namun untuk tujuan prencanaan jangka panjang dalam organisasi hanya umum dikenal strategi korporasi, strategi bisnis, dan strategi fungsional.
Ilustrasi hierarki strategi dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu: 
a)      Strategi korporasi
Sering dijumpai sebuah organisasi memiliki lebih dari satu unit bisnis atau kegiatan. Bisnis-bisnis yang digeluti organisasi tersebut mungkin semuanya ditujukan untuk mengejar keuntungan (profit oriented) atau mungkin semuanya ditujukan untuk kegiatan social (non profit / social oriented) atau gabungan keduanya, yaitu sebuah organisasi memiliki beberapa bisnis yang bersifat ‘profit oriented’ dan beberapa bisnis yang bersifat non profit oriented/social.
Strategi korporasi dirumuskan oleh organisasi induk. Sedangkan strategi bisnis dirumuskan oleh setiap organisasi anak yang bisa dijuluki sebagai unit bisnis, unit kegiatan, perusahaan atau yayasan.
Banyak pendapat tentang fokus rumusan strategi korporasi yang akhirnya dirumuskan strategi kororasi akan menghasilkan rumusan berikut ini:
1)      Peran (Role and Purposes)
Menunjukkan maksud berdirinya organisasi yaitu peran yang diemban atau sumbangsih ekonomi dan atau non ekonomi yang ingin diberikan oleh organisasi induk dan masing-masing organisasi anak kepada pemilik atau stakeholder lain yang dianggap penting.
2)      Lingkup Bisnis (Scope of Business)
Ruang lingkup bisnis atau bidang kegiatan yang boleh atau harus dimasuki organisasi induk. Selanjutnya dijabarkan menjadi ruang lingkup bisnis atau bidang kegiatan yang boleh atau harus dimasuki oleh organisasi anak. Jika memungkinkan juga berisi penjelasan tentang sinergi satu bisnis degan bisnis lain.
3)      Bauran Bisnis (Portfolio)
Menjelaskan portfolio unit-unit bisnis yang ingin dicapai pada akhir periode perencanaan dan jika dirasa perlu dirumuskan pula pola kerangka cara pencapaiannya, kebijakan-kebijakan dan rencana ynag dianggap prinsipiil. Setelah itu, dibuat rencana untuk alokasi sumberdaya yang sesuai portofolio yang telah direncanakan.
4)      Organisasi (Organizational)
Rancangan dasar mekanisme kegiatan, struktur organisasi, keuangan dan lain-lain; yang menunjukkan pola mengkoordinasikan unit-unit yang dimiliki organisasi induk.
b)      Strategi bisnis
Maksud utama dilakukan analisis strategi bisnis menurut Hofer adalah untuk mengidentifikasi kesempatan dan ancaman yang akan dihadapi bisnis dimasa depan serta menggali kemampuan sumberdaya dan skill yang dimiliki organisasi yang dapat digunakan untuk menangani kesempatan dan ancaman sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Strategi bisnis fokus pada ‘bagaimana bersaing’ pada industri, produk atau pasar tertentu.
Sedangkan menurut Bateman strategi bisnis pada umumnya dirancang untuk meletakkan bisnis pada suatu posisi yang diinginkan dalam suatu industri tertentu, sedemikian sehingga pada akhir periode perencanaan dapat diperoleh tujuan seperti yang diharapkan. Strategi bisnis akan membantu membentuk keunggulan tertentu dibandingkan dengan pesaing.
Ditambah dengan pendapat-pendapat ahli yang lain maka disimpulkan bahwa strategi bisnis adalah strategi yang dipergunakan unit bisnis untuk bersaing dalam suatu industritertentu guna mendapatkan tujuan yang ditetapkan. Strategi bisnis akan menghasilkan rumusan sebagai berikut:
§  Bagaimana memposisikan diri terhadap pesaing.
§  Penentuan target atau criteria pencapaian yang harus dikejar unit strategi bisnis/unit kegiatan/organisasi anak pada akhir periode perencanaan.
§  Bagaimana bersaing untuk mendapatkan konsumen, sumberdaya, keuntungan, maupun suatu posisi yang diinginkan. Biasanya mencakup pendapatan pasar yang dimasuki, produk/jasa yang ditawarkan, harga, dan kekuatan skill.
§  Bagaimana fungsi-fungsi dalam organisasi anak akan dikoordinasikan dan dukungan yang diharapkan dari setiap fungsi.
c)      Strategi fungsional
Fokus utama perumusan strategi fungsional adalah untuk memaksimalkan produktivitas sumberdaya yang dimilik melalui penetapan tujuan dan rencana-rencana tindakan fungsional yang dapat mengarahkan kegiatan dan perilaku orang sehingga dapat mendukung pencapaian strategi yang lebih besar. Strategi fungsional dibuat oleh fungsi-fungsi dalam organisasi misi fungsi pemasaran, keuangan, organisasi/tatalaksana, dan kepegawaian.
5.      Manfaat Manajemen Strategik
Dengan  menggunakan  manajemen  strategik  sebagai  suatu kerangka  kerja (frame  work) untuk  menyelesaikan  setiap  masalah strategik di dalam perusahaan, terutama yang berkaitan dengan persaingan,  maka para manajer  diajak untuk berpikir lebih kreatif atau berpikir secara strategik. Pemecahan masalah dengan menghasilkan dan mempertimbangkan  lebih banyak alternatif yang dibangun dari suatu analisa yang lebih teliti akan lebih menjanjikan suatu hasil yang menguntungkan.
Adapun  beberapa  manfaat  yang  diperoleh  organisasi  jika mereka menerapkan manajemen strategik, yaitu :
a)      Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju.
b)      Membantu   organisasi  beradaptasi   pada  perubahan-perubahan yang terjadi.
c)      Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif.
d)     Mengidentifikasikan   keunggulan   komparatif  suatu  organisasi dalam lingkungan yang semakin beresiko.
e)      Aktivitas  pembuatan  strategi  akan  mempertinggi  kemampuan perusahaan untuk mencegah munculnya masalah dimasa datang.
f)       Keterlibatan  karyawan  dalam  pembuatan  strategi  akan  lebih memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya.
g)      Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi.
h)      Sifat untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi.