BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keberadaan manusia di dunia ini tidak lepas dari keanggotaan
suatu organisasi. Organisasi merupakan sebuah wadah dimana setiap orang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan bersama. Organisasi dapat
diidentifikasi sebagai keluarga, rukun warga hingga antar provinsi bahkan antar
negara. Keharusan manusia saat ini berada dalam suatu organisasi ditujukan
untuk mencapai tujuan bersama dengan lebih efektif dan efisien.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
maka rumusan masalah yang dipaparkan adalah :
- Apa pengertian dari organisasi ?
- Apa aspek-aspek organisasi ?
- Apa saja tingkatan, jenis, dimensi dan desain dari organisasi?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui :
- Penjelasan mengenai pengertian organisasi.
- Penjelasan mengenai aspek-aspek organisasi.
- Penjelasan mengenai tingkatan, jenis, dimensi dan desain dari organisasi.
D.
Kegunaan
Manfaat
yang diharapkan dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
- Bagi penulis, karya ilmiah ini merupakan pelatihan intelektual yang diharapkan dapat mempertajam daya pikir serta meningkatkan kompetensi keilmuan dalam disiplin yang digeluti.
- Bagi pembaca, diharapkan akan melengkapi keilmuan bagi kemajuan dan pengembangan dimasa yang akan datang.
E.
Prosedur
Makalah ini disusun dengan menggunkan pendekatan kualitatif.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan
menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan konprehensif. Data
teoretis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan kegiatan membaca
berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah
dengan teknik analitis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data serta
mengaplikasikan data tersebut dalam konteks makalah.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Landasan
Teoritis
1.
Pengertian
Organisasi
dalam pandangan beberapa pakar seolah-olah menjadi suatu “binatang” yang
berwujud banyak, namun tetap memiliki kesamaan konseptual. Atau dengan kata
lain, rumusan mengenai organisasi sangat tergantung kepada konteks dan
perspektif tertentu dari seseorang yang merumuskan tersebut. Dari beberapa
definisi atau pembatasan mengenai organisasi ini, dapat dikemukakan sebagai
berikut ;
a.
Organisasi merupakan suatu pola kerja
sama antara orang-orang yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang saling
berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Wexlwy and Yulk (dalam Kasim,
1993 : 1).
b.
Organisasi adalah sekelompok orang yang
terbiasa mematuhi perintah para pemimpinnya dan yang tertarik pada kelanjutan
dominasi partisipasi mereka dan keuntungan yang dihasilkan, yang membagi
diantara mereka praktek-praktek dari fungsi tersebut yang siap melayani untuk
praktek mereka (Max Weber, dalam Miftah Thoha, 1988).
c.
Organisasi dapat didefinisikan sebagai
struktur hubungan kekuasaan dan kebiasaan orang-orang dalam suatu sistem
administrasi (Dwight Waldo, dalam Thoha, 1988).
d.
Organisasi adalah suatu sistem dari
aktivita-aktivita orang yang terkoordinasikan secara sadar, atau
kekuatan-kekuatan yang terdiri dari dua orang atau lebih (Chester Barnard, dalam
Thoha, 1992).
e.
Organisasi
merupakan mekanisme yang mempersatukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan
pekerjaan. Defnisi ini menekankan pada mekanisme kerja dalam organisasi untuk
mencapai tujuan (Oteng Sutisna).
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi sesungguhnya
merupakan kumpulan manusia yang diintegrasikan dalam suatu wadah
kerjasama untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan yang ditentukan.
Atau menurut Sudarsono Hardjosoekarto, pengertian yang dapat menyamakan
persepsi tentang organisasi adalah bahwa organisasi merupakan jalinan
kontrak (a nexus of contracts). Dan oleh karena organisasi merupakan
jalinan kontrak, maka faktor penting bagi keberadaan organisasi adalah
sejauhmana organisasi tersebut mampu mengadakan kontrak dengan pihak lain.
Sedangkan
hal yang membedakan organisasi yang satu dengan organisasi lainnya dalam
kerangka teori Mc. Kinsey, adalah structure, strategy, style
(leadership), skill, staff, share value, dan system. Dalam hal struktur,
beberapa organisasi lebih senang memilih tipe garis atau lini, sementara
organisasi lain memilih tipe garis dan staf, tipe kepanitian, atau tipe
fungsional. Dalam aspek strategi, dapat ditemukan perbedaan mengenai pencapaian
tujuan organisasi dalam jangka panjang dan jangka pendek. Kemudian dalam aspek
gaya kepemimpinan atau style, ada pemimpin organisasi yang menonjolkan
sifat-sifat karismatik, otoriter, partisipatif demokratik, dan sebagainya.
2.
Aspek-Aspek Organisasi
Aspek-aspek dalam organisasi adalah komponen-komponen yang
harus ada dalam suatu organisasi. Keberadaan komponen ini sebagai pilar dari
suatu organisasi. Artinya jika salah
satu komponen organisasi tidak berfungsi, maka organisasi akan berjalan pincang atau sama sekali tidak
berjalan. Dalam pandangan sistem organisasi mengalami entrophy, yaitu kondisi
dimana organisasi dikategorikan hancur (dalam tanaman digambarkan sebagai
kondisi layu).
O’Connor, T. Mengungkapkan bahwa organisasi setidaknya harus
memiliki empat komponen utama, yaitu: mission (misi), goals (tujuan-tujuan),
objectives (sasaran-sasaran), dan behavior (perilaku). Keempat komponen ini
dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Mission adalah alasan utama
keberadaan suatu organisasi.
b. Goals adalah tujuan-tujuan umum/divisi fungsional organisasi yang
dihubungkan dengan stakeholder organisasi.
c. Objectives adalah hasil/sasaran yang spesifik, terukur dan terkait
dengan tujuan.
d. Behavior mengacu pada produktivitas dari tugas-tugas rutin pegawai,
pertanggungjawaban perilaku dalam pencapaian tujuan merupakan fungsi
personalia.
Jika
suatu organisasi tidak memiliki misi dan objek yang akan dilaksanakan maka
setiap anggota akan kebingungan dalam mencapai tujuan organisasinya, hal ini
menunjukan bahwa empat komponen organisasi tersebut saling berkaitan satu sama
lain sehingga tidak akan berfungsi suatu organisasi jika salah satu komponennya
hilang.
B. Pembahasan
1.
Tingkatan Organisasi
a.
Tingkat Atas: menyangkut kebijaksanaan,
mempengaruhi semua orang. Yaitu tingkatan paling
rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga
operasional, disebut manajemen lini atau manajemen garis pertama (First Line
atau first level). Para manajer ini sering disebut dengan kepala atau pimpinan
(leader), mandor (foremen), dan penyelia (supervisors). Sebagai contoh adalah
mandor dalam pabrik, kepala seksi yang langsung membawahi tenaga pengetik dan
pembukuan dalam kantor yang besar, dan penyelia teknik dalam suatu departemen
riset.
b.
Tingkat Menengah: menyangkut
pelaksanaan, pengaruh terbatas. Tingaktan
menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi. para manajer
menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan
kadang-kadang juga karyawan operasional. Sebutan lainnya dan kadang-kadang juga
karyawan operasional. Sebutan lainnya bagi manajer menengah adalah manajer
departemen, kepala pengawas (superintendents), dan sebagainya. Sebagai contoh,
kepala bagian yang membawahi beberapa kepala seksi, atau kepala sub divisi
perusahaan membawahi beberapa kepala bagian.
c.
Tingkat Bawah : menyangkut hal-hal
kecil yang bersifat teknis, pengaruh sangat terbatas. Klasifikasi tertinggi ini terdiri dari
kelompok kecil eksekutif. Manajemen bertanggung jawab atas keseluruhan
manajemen organisasi. Sebutan khas bagi manajer puncak adalah direktur,
presiden, kepala divisi, wakil presiden senior dan sebagainya.
2.
Jenis-Jenis Organisasi
Pekemabangan kajian organisasi
diawali dari kajian organisasi sebagai organisasi formal, yaitu organisasi yamg
didesain untuk mencapai tujuan bersama. Perkembangan ini terus berlangsung dan
berbagai studi keorganisasian terus dilakukan. Perkembangan inilah pada
akhirnya memunculkan organisasi informal sebagai implikasi dari adanya
organisasi formal.
a. Organisasi formal
Organisasi formal adalah organisasi
yang dicirikan oleh struktur organisasi. Keberadaan struktur organisasi menjadi
pembeda utama anatra organisasi formal dan informal. Struktur dalam organisasi
formal dimaksudkan untuk menyediakan penugasan kewajiban dan tanggung jawab
kepada personil dan untuk membangun hubungan tertentu diantara orang-orang pada
berbagai kedudukan. (Oteng Sutisna,
1993:207). Sekolah dasar merupakan contoh sebuah organisasi formal.
Struktur dalam organisaasi formal
memperlihatkan unsur-unsur administratif berikut ;
1)
Kedudukan struktur menggambarkan letak/posisi setiap orang
dalam organsasi tanpa kecuali. Kedudukan
seorang dalam struktur oragnisasi mencerminkan sejumalah kewajiban sebagai
bagian dari upaya pencapaian tujuan dan hak-hak yang dimiliki secara formal
dalam posisi yang didudukinya. Sebagai contoh, kepala sekolah adalah salah satu
contoh kedudukan dalam struktur organisasi
sekolah. Kedudukan sebagai kepala sekolah ini mencerminkan adanya
sejumlah kewajiban yang harus dilakukan pemangku jabatan sebagai pimpinan dan
manajer sekolah, juga mempelihatkan adanya hak-hak yang diterima secar formal
manakala seseorang menjabat sebagai kepala sekolah.
2)
Hierarki/kekuasaan. Struktur digambarkan sebagai suatu
rangkaian hubungan antara satu orang dengan orang lainnya dalam suatu organisasi.
Rangkaian hubungan ini mencerminkan suatu hirarki kekuasaan yang inheren dalam
setiap kedudukan. Tanggung jawab merupakan suatu istilah yang melekat dalam
setiap kedudukan dan hirarki kekuasaan di dalam organisasi. Adanya hirarki
kekuasaan menunjukan bahwa pecapaian organisasi dibagi kepada berbagai komponen
organisasi diimplementasikan secara sinergi melalui hirarki kekuasaan
masing-masing yang dikoordinasikan dan dipimpin oleh manajer puncak. Dalam
organisasi persekolahan, hirarki kekuasaan tertinggi adalah kepala sekolah.
3)
Kedudukan garis dan staf. Organisasi garis menegaskan
struktur pengambilan keputusan, jalan permohonan dan saluran komunikasi resmi
untuk melaporkan informasi dan mengeluarkan instruksi, perintah, dan petunjuk
pelakasanaan. Kedudukan garis ialah kedudukan yang diserahi kekuasaan
administrative umum dalam arus langsung dari tempat paling atas ke tempat
paling bawah. Kedudukan staf mewakili keahlian-keahlian khusus yang diperlukan
bagi berfungsinya kedudukan garis tertentu dengan pasti. (Sutisna, 1993:208).
b. Organisasi informal
Interaksi antara orang dalam
organisasi formal pasti akan menghasilkan sebuah perkembangan hubungan yang
tidak saja hubungan struktural, terlebih pada organisasi persekolahan, dimana
kekeluargaan menjadi salah satu landasan perilakunya. Perkembangan hubungan
dari interaksi orang dalam organisasi ini akan mengikat secara kuat sentiment
dan komitmen setiap orang, sehingga muncul empati da simpati satu sama lain.
Hubungan inilah yang terus tumbuh selama organisasi formal itu ada yang
dinamakan organisasi informal. Hubungan interaksi ini tidak berstruktur
sebagaimana struktur organisasi formal.
Walaupun sulit mengidentifikasi
keberadaannya secara kasat mata, namun keberadaan organisasi informal ini dapat
dilihat dari tiga karakteristik, yaitu norma perilaku, tekanan untuk
menyesuaikan diri, dan kepemimpinan informal (Sutisna, 1993 : 221). Norma
perilaku adalah standar perilaku yang diharapkan menjadi perilaku bersama yang
ditetapkan oleh kelompok (orang-orang dalam organisasi) dalam sebuah
kesepakatan sosial, sehingga sangsinya pun sangsi sosial. Norma perilaku dalam
organisasi informal tidak tertulis sebagaimana organisasi formal, tetapi
menjadi kesepakatan bersama diantara orang-orang di dalam organisasi.
Tekanan untuk menyesuaikan diri akan
muncul apabila seseorang akan bergabung dengan suatu kelompok informal.
Menggabungkan diri dengan suatu kelompok tidak sekedar bergabung secara fisik
dalam suatu kumpulan, tetapi melibatkan sosial-emosional individu-individu dalam
organisasi informal tersebut. Karena itu organisasi informal sering muncul
dalam bentuk kelompok-kelompok yang tidak terlalu besar , karena syarat
keberterimaan sebagai bagian dari organisasi informal ini tidak saja
keanggotaan dalam organisasi formalnya, tetapi lebih spesifik pada kesamaan
antar individu (kesamaan daerah agama, nilai yang dianut, hobi dan sebagainya).
Kepemimpinan informal dalam
organisasi informal menjadi salah satu komponen yang kuat mempengaruhi anggota
di dalam organisasi, bahkan memungkinkan melebihi pengaruh pemimpin organisasi
formal. Pemimpin informal muncul dari kelompok dan membimbing serta mengarahkan
melalui persuasi dan pengaruh. Kepemimpian dalam organisasi informal sangat
kuat pengaruhnya, karena inilah kepemimpinan yang sesungguhnya, dimana
seseorang dipatuhi bukan karena memiliki jabatan, tetapi ada kelebihan yang
secara alamiah dan mampu mempengaruhi orang lain tanpa paksaan.
3.
Dimensi Organisasi
Dalam kacamata para ahli organisasi, dimensi struktur
organisasi memiliki keragaman pandangan, bahkan dikatakan tidak ada kesepakatan
umum diantara para teoritikus mengenai apa yang diartikan sebagai struktur
organisasi. (Robbins, 1994:91). Lebih jauh Robbins menyimpulkan bahwa para
teoritikus pada umumnya setuju dengan dimensi struktur organisasi tetapi tidak
setuju dengan definisi-definisi
operasionalnya.
Dalam konteks itu Robbins mengemukakan tiga komponen yang
menjadi dimensi struktur organisasi, yaitu kompleksitas, formalisasi, dan
sentralisasi.
a. Kompleksitas
Kompleksitas adalah tingkat diferensiasi (perbedaan)
yang ada di dalam sebuah organisasi
(Robbins, 1994:91). Diferensiasi dapat dilihat secara horizontal, vertikal, dan
spasial.
1) Diferensiasi horizontal adalah perbedaan antara unit-unit
berdasarkan orientasi para anggotanya, sifat dari tugas yang mereka laksanakan,
tingkat pendidikan dan pelatihan pegawai. Dengan kata lain, semakin banyak
pekerjaan yaang harus dilakukan pegawai dalam organisasi, maka semakin beragam
pula organisasi tersebut. Kondisi nyata dari diferensiasi horizontal adalah
spesialisasi dan departementalisasi.
Spesialisasi merupakan pengelompokan aktivitas tertentu yang
dilakukan satu individu. Spesialisasi terdiri dari spesialisasi fungsional dan
sosial. Spesialisasi fungsional dicirikan oleh pekerjaan yang dipecah-pecah
menjadi tugas yang sederhana dan berulang-ulang. Spesialisasi sosial dicirikan
oleh individu yang dispesialisasi, bukan pekerjaannya, dan pekerjaannya tidak
bersifat rutin. Sedangkan Departementalisasi adalah cara organisasi secara khas
mengkoordinasikan aktivitas yang telah dibedakan secara horizontal.
2)
Diferensiasi vertikal adalah pembedaan yang didasarkan
pada kedalaman struktur. Semakin banyak tingkatan yang terdapat diantara Top Management dan tingkat Hierarki yang
paling rendah, makin besar pula potensi terjadinya distorsi/gangguan dalam komunikasi dan
semakin sulit mengkoordinasi pengambilan keputusan dari pegawai manajerial,
sertamakin sukar bagi top management untuk mengawasi kegiatan bawahannya.
3)
Diferensiasi spasial adalah pembedaan yang didasarkan
pada kondisi geografis, yakni sejauh mana lokasi (kantor) tempat produksi
(barang/jasa), personalia, dan kantor pusat tersebar secara geografis.
Sekolah-sekolah dari satu yayasan yang tersebar di berbagai kabupaten/kota
merupakan salah satu organisasi yang dikategorikan diferensiasi spasial.
Pembedaan ini akan memunculkan kompleksitas dalam struktur organisasi.
b. Fomalisasi
Formalisasi adalah tingkat
sejauhmana pekerjaan di dalam organisasi distandarkan. Konsekwensinya adalah
pemegang pekerjaan hanya mempunyai sedikit kebebasan mengenai apa yang harus
dikerjakan, bilamana mengerjakannya, dan bagaimana ia harus melakukannya.
Formalisasi sebaiknya tertulis untuk dapat memberikan kekuatan pada pengarahan
perilaku pegawai. Dalam konteks itu formalisasi diartikan sebagai sebuah
tingkat dimana peraturan, prosedur, instruksi dan komunikasi ditulis.
Formalisasi penting karena
standarisasi perilaku akan mengurangi keanekaragaman. Standarisasi juga
mendorong koordinasi dan penghematan. Organisasi yang melakukan standarisasi
akan memiliki berbagai manual organisasi, seperti manual akuntansi, manual
personalia, manual diklat dan sebagainya. (contoh Restaurant yang menjamur
disetiap kota besar).
Teknik-teknik yang dapat digunakan
untuk melakukan standarisasi perilaku pegawai adalah seleksi (yang efektif) ;
persyaratan peran (analisis yang tepat) ; peraturan, prosedur, dan
kebijaksanaan ; pelatihan ; dan ritual (bagian dari budaya organisasi).
c. Sentralisasi
Sentralisasi adalah tingkat dimana
pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik tunggal dalam
organisasi. Konsentrasi keputusan yang tinggi adalah sentralisasi yang tinggi,
sedangkan konsentrasi keputusan yang rendah adalah sentralisasi yang rendah
atau disebut desentralisas.
Desentralisasi mengurangi
kemungkinan terjadinya beban informasi yang berlebihan, memberikan tanggapan
yang cepat terhadap informasi yang baru, memberikan masukan yang lebih banyak
bagi sebuah keputusan, mendorong terjadinya motivasi, dan merupakan sebuah alat
yang potensial untuk melatih para manager dalam mengembangkan pertimbangan yang
baik. Sebaliknya sentralisasi menambah suatu persfektif yang menyeluruh
terhadap keputusan-keputusan dan dapat memberikan efesiensi yang berarti.
(Robbins, 1994 : 127).
4.
Desain Organisasi
Desain organisasi didasarkan pada
elemen-elemen umum dalam organisasi. Mintzberg (Robbins 1994 : 304) menyebutkan
lima elemen umum dalam suatu organisasi yaitu :
a. The
operating core. Para
pegawai yang melaksanakan pekerjaan dasar yang berhubungan dengan produksi dari
produk dan jasa. Dalam organisasi sekolah pegawai ini adalah guru (pengajar),
guru dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan yang berinteraksi langsung
dengan layanan jasa pembelajaran kepada peserta didik.
b. The
strategic apec. Manager
tingkat puncak yang diberi tanggung jawab keseluruhan untuk organisasi. Pada
organisasi sekolah, orang ini adalah kepala sekolah.
c. The
middle line. Para manager yang menjadi
penghubung operating core dengan strategic apex. Dalam konteks perguruan tinggi
orang-orang ini adalah para dekan yang bertugas memfasilitasi strategic
apex untuk terimplementasi pada level
jurusan. Di organisasi sekolah, posisi ini dapat diidentifikasi sebagai wakil
kepala sekolah yang bertugas menjembatani kebijakan strategis sekolah supaya
dapat terimplementasi pada level guru-guru dan staf.
d. The
techno structure. Para
analis yang mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan bentuk standarisasi
tertentu dalam organisasi. Dalam konteks organisasi pendidikan di Indonesia,
masing jarang sekolah yang memiliki tenaga ini.
Namun demikian tidak menutup kemungkinan pada sekolah-sekolah tertentu
ada yang memiliki elemen organisasi ini. Pada perguruan tinggi BHMN seperti
UPI, elemen organisasi yang bertanggung
jawab untuk melakukan standarisasi adalah satuan penjamin mutu.
e. The
support staff. Orang-orang yang mengisi unit
staf, yang memberi jasa pendukung tidak langsung kepada organisasi. Di
persekolahan staf ini dikenal dengan tenaga administratif sekolah (TAS).
Berdasarkan lima elemen yang
dikemukakan Mintzberg inilah, Robbins menganalisis desain organisasi yang
berbeda. Perbedaan desain organisasi dikarenakan organisasi memiliki sistem dam
aturan yang berbeda dalam kelima elemen tersebut. Lima konfigurasi umum yang
dimaksud adalah struktur sederhana, birokrasi mesin, birokrasi profesional,
struktur divisional, dan adhocracy.
·
Struktur sederhana disarankan untuk organisasi yang
kecil dengan karakteristik organisasi yang masih dalam tahap awal dibentuk,
lingkungan organisasi sederhana dan dinamis, menghadapi krisis, atau jika yang
mempunyai kekuasaan dalam organisasi ingin agar kekuasaan tersebut
disentralisasi.
· Birokrasi mesin didesain untuk organisasi yang secara efektif dapat
menangani ukuran yang besar, lingkungan yang sederhana dan stabil, dan sebuah
tekhnologi yang terdiri atas pekerjaan yang rutin dan distandarisasi.
· Birokrasi profesional yang didesain untuk pekerjaan yang
rutin, hanya saja para anggota birokrasi profesional adalah para spesialis
teknis yang menghadapi sebuah lingkungan yang kompleks. Intinya agar
operasional keseharian yang kompleks dapat berjalan secara efektif.
· Struktur divisional banyak persamaan dengan birokrasi
mesin. Struktur ini didesain untuk menanggapi strategi yang menekankan kepada keanekaragaman pasar atau
produk, dimana organisasi tersebut besar, tekhnologinya dapat dibagi-bagi, dan
lingkungannya cenderung untuk menjadi sederhana dan stabil.
· Adhocracy meminta agar manajemen puncak melepaskan kebanyakan
pengawasan. Konfigurasi ini cocok untuk organisasi yang memiliki stategi
variatif, beresiko tinggi, teknologi tidak rutin, atau lingkungannya mungkin
dinamis atau kompleks.
BAB 3
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Organisasi
adalah suatu sistem interaksi antar orang yang ditujukan untuk mencapai tujuan
organisasi, dimana sistem tersebut memberikan arahan perilaku bagi anggota
organisasi. Pandangan organisasi saat ini tidak lagi sebagai mesin birokrasi
tetapi sebagai sistem sosial.
Pandangan
organisasi sebagai sistem sosial adalah pandangan formal, namun keberadaan
organisasi formal tidak dapat menghindari keberadaan organisasi informal.
Keberadaan keduanya merupakan suatu sinergi upaya pencapaian tujuan organisasi.
Dalam konteks itu, organisasi formal dicirikan oleh tiga dimensi utama, yaitu
kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi. Keberagaman dalam dimensi struktur
organisasi ini kemudian membawa implikasi pada keragaman desain organisasi.
Universitas
sebagai suatu organisasi juga dipandang sebagai sistem sosial yang terbuka
terhadap lingkungan organisasi. Upaya untuk merespon dan memenuhi berbagai
tuntutan dan perkembangan lingkungan, termasuk pelanggan sekolah adalah
dengan menjadikan Universitas sebagai
Learning Organization yang diwujudkan melalui dukungan organisasi yang kuat
terhadap pengembangan dan perbaikan secara signifikan.
B.
Saran
Dari makalah yang penulis sampaikan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, serta arahan dan
bimbingan dari semua pihak, terutama Dosen Pembimbing. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi para para pembaca khususnya bagi kami selaku penulis.
DAFTAR PUSTAKA
O’Connor, T. (2008). “Foundations of Organizational Theory.” [Online]. Tersedia: http: / / www.apsu.edu/oconnort/4000/4000lect01.htm. [21 September 2013]
Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Sutisna, Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan : Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional.
Bandung : Angkasa.
Umar Tirtarahardja dan La Solo.2005.Pengantar pendidikan.Jakarta: Rineka
Cipta.
Undang-Undang
RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Yuki, Gary. (1989). Leadership In Organization (second edition).
New Jersey : Prentice Hall.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar