Minggu, 10 Januari 2016

Activity Based Costing (ABC)



Metode ABC (Activity Based Costing ) merupakan alternatif lain terhadap metode pembiayaan tradisional atas biaya overhead. Konsep ini muncul karena dianggap metode tradisional tidak tepat dalam mengalokasikan biaya overhead ke produksi hanya dengan mengandalkan dasar bahan langsung, upah langsung ataupun unit produksi saja. Menurut konsep ini pembebanan seperti itu tidak adil dan akan dapat memberikan informasi keliru dalam pemberian informasi mengenai biaya produksi, oleh karena itu ABC menawarkan agar pembebanan overhead ini juga didasarkan pada presentase proporsional kepada biaya lain atau kepada produk. Tetapi kepada kegiatan yang dilaksanakan untuk memproduksi barang itu, yang diperhatikan adalah unsur yang men “drive” biaya itu (cost driver) bukan produknya. Kalau konsep ini diterapkan maka keputusan yang diambil akan lebih tepat dan perusahaan tidak mengalami kerugian hanya karena kesalahan unit cost.

A. Pengertian Metode ABC (Activity-Based Costing)
Activity Based Costing pada dasarnya merupakan penentuan harga pokok produk yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat untuk kepentingan manajemen, dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk.
Definisi activity-based costing menurut Maher adalah “a cost method that first assigns costs to activities and then asigns them to product based on the product consumption of activities.” (Maher 1997:236).
Definisi lainnya adalah “ABC is method of product costing that focused on the activities performed to produce product. It then asigns tha cost of activities to product by using cost drivers that measure the activities performed.” (Weygandt et. Al. 1996:940)
Jadi ABC (Activity-Based Costing) adalah sistem akumulasi biaya dan pembebanan biaya ke produk dengan menggunakan berbagai cost driver, dilakukan dengan menelusuri biaya dari aktivitas dan setelah itu menelusuri biaya dari aktivitas ke produk.

B. Tujuan ABC (Activity-Based Costing)
Tujuan Activity Based Costing adalah untuk menglokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk.
Full costing dan variable costing (konvensional) menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada fase produk saja, sedangkan untuk Activity Based Costing menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada semua fase pembuatan produk yang terdiri dari :
1.      Fase design dan pengembangan produk
-   Biaya design (design expenses)
-  Biaya pengujian (testing expenses)
2.      Fase produksi
-    Unit level activity cost
-     Batch level activity cost
-    Product sustaining activity cost
-   Facility sustaining activity cost
3.      Fase dukungan logistik
-     Biaya iklan (advertising expenses)
-    Biaya distribusi (distribution expenses)
-     Biaya garansi produk (product guarantee expenses)

C. Konsep Dasar ABC
Anggapan yang mendasari konsep ABC adalah sebagai berikut:
1.      Kegiatan menimbulkan biaya
ABC berangkat dengan anggapan bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan.
2.      Produk menyebabkan timbulnya permintaan dan kegiatan
Untuk membuat produk diperlukakn berbagai kegiatan, dan setiap kegiatan memerlukan sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.
Dengan konsep dasar ABC tersebut, biaya merupakan konsumsi sumber daya (seperti bahan baku, sumber daya manusia, tekhnologi, modal) dihubungkan dengan kegiatan yang mengkonsumsi sumber daya tersebut. Dengan demikian hanya dengan mengelola dengan baik kegiatan untuk menghasilkan produk dan jasa, manjemen akan mampu membawa perusahan unggul dalam persingan jangka panjang. Untuk mampu mengelola kegiatan perusahaan, manajemen memerlukan informasi biaya yang mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan perusahaan.
Pada awal penggembangannya ABC digunakan dalam perusahaan-perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai macam produk dengan biaya overhead tinggi. Dalam merancang ABC, kegiatan untuk memproduksi dan menjual produk dalam perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk dapat digolongkan ke dalam 4 macam kelompok besar yaitu:
1.  Facility Sustaining Activity Cost
Biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Biaya depresiasi dan amortisasi, biaya asuransi, biaya gaji karyawan kunci perusahaan adalah contoh jenis biaya yang termasuk dalam facility sustainining activity cost. Biaya dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit produk yang dihasilkan kapasitas activity cost.
2.   Product Sustaining Activity Cost
Biaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Biaya ini tidak terpengaruh oleh jumlah unit yang diproduksi dan jumlah batch produksi yang dilaksanakan oleh divisi penjual. Contoh biaya ini adalah biaya desain produk, desain proses pengolahan produk, pengujian produk, biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran jumlah unit produk tertentu yang akan dihasilkan selama umur produk tertentu (product life cycle).
3.   Batch Activity Cost
Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksikan. Setiap cost yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan mesin dan peralatan sebelum suatu order prosuksi diproses adalah contoh biaya yang termasuk dalam golongan biaya ini, besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap order produksi. Pembeli dibebani batch activity cost berdasarkan jumlah batch actiity cost yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam setiap menerima order dari pembeli.
4.   Unit Level Activity Cost
Biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya energi, biaya angkutan adalah contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini, biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah unit produk dikalikan dengan jumlah produk yang sesunguhnya diperoleh.

D. Manfaat dan Keterbatasan Metode ABC
Manfaat ABC adalah:
   Menentukan harga pokok produk secara lebih akurat, terutama untuk menghilangkan adanya subsidi silang sehingga tidak ada lagi pembebanan harga pokok jenis tertentu terlalu tinggi (over costing) dan harga pokok jenis produk lain terlalu rendah (under costing).
   Memperbaiki pembuatan keputusan.
Dengan menggunakan ABC tidak hanya menyajikan informasi yang lebih akurat mengenai biaya produk, tetapi juga memberikan informasi bagi manajer tentang aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya khususnya biaya tidak langsung, yang merupakan hal penting bagi manajemen dalam pengambilan keputusan baik mengenai produk maupun dalam mengelola aktivitas-aktivitas sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha.
     Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead
Biaya overhead di sebabkan oleh aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaan. Sistem ABC memudahkan manajer dalam mengendalikan aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya overhead tersebut.

E. Keterbatasan ABC adalah:
1. Sistem ABC menghendaki data-data yang tidak biasa dikumpulkan oleh suatu perusahaan, seperti jumlah set-up, jumlah inspeksi, jumlah order yang diterima.
2. Pada ABC pengalokasian biaya overhead pabrik, seperti biaya asuransi dan biaya penyusutan pabrik ke pusat-pusat aktivitas lebih sulit dilakukan secara akurat karena makin banyaknya jumlah pusat-pusataktivitas.

F. Tahap-tahap ABC
Tahap-tahap dalam penerapan ABC adalah sebagai berikut:
a.      Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas
Pengindentifikasian aktivitas-aktivitas menghendaki adanya daftar jenis-jenis pekerjaan yang terdapat dalam perusahaan yang berkaitan dengan proses produksi.
b.      Membebankan biaya ke aktivitas-aktivitas
Setiap kali suatu aktivitas ditetapkan, maka biaya pelaksanaan aktivitas tersebut ditentukan.
c.       Menentukan activity driver
Langkah berikutnya adalah menentukan activity driver untuk masing-masing aktivitas yang merupakan faktor penyebab pengendali dari aktivitas-aktivitas tersebut.
d.      Menentukan tarif
Dalam menentukan tarif ini, total biaya dari setiap aktivitas dibagi dengan total activity driver yang digunakan untuk aktivitas tersebut.
e.      Membebankan biaya ke produk
Langkah selanjutnya adalah mengkalikan tarif yang diperoleh untuk setiap aktivitas tersebut dengan aktivitas driver yang dikonsumsi oleh tiap-tiap jenis produk yang diproduksi kemudian membaginya dengan jumlah unit yang diproduksi untuk tiap produk.

G. Sistem Biaya Activity-Based Costing (ABC)
Activity-Based Costing (ABC) telah dikembangkan pada organisasi sebagai suatu solusi untuk masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh sistem biaya tradisional, Sistem biaya ABC ini merupakan hal yang baru sehingga konsepnya masih dan terus berkembang, sehingga ada berbagai defenisi yang menjelaskan tentang sistem biaya ABC itu sendiri.
Beberapa ahli memberikan defenisi mengenai sistem biaya Activity based Costing sebagai berikut:
Mulyadi (1993) : "ABC merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengikursecara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk."
Tunggal (1992) : "Bahwa ABC Sistem tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana mengelolanya, sehingga ABC System juga dikenal sebagai sistem manajemen yang pertama."
Garrison dan Norren (2000) : "Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap."
Morse, Davis dan Hartgraves (1991) : Dalam bukunya Management Accounting memberikan definisi mengenai Activity-Based Costing (ABC), sebagai sistem pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya keobjek biaya dengan dasar aktivitas yang menyebabkan biaya. Sistem ABC ini didasarkan pada pemikiran bahwa aktivitas penyebab biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan keobjek biaya dengan dasar aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan. Sistem ABC ini menelusuri biaya ke produk sebagai dasar aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.

H. Keunggulan dari Sistem Biaya Activity-Based Costing (ABC)
Nurhayati (2004) menjelaskan beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity based Costing (ABC) dalam penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut:
·         Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya.
·         Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang modern, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang. Analisis system biaya ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.
·         Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
·         Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk.
·         Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem dengan menggunakan banyak pemicu biaya (multiple Cost Drivers), banyak dari pemicu biaya tersebut adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume produk.
·         Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.
·         Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.
Sistem ABC ini akan menghilangkan aktivitas-aktivitas dan waktu yang tidak memiliki nilai tambah pada proses pembuatan suatu produk. Waktu yang tidak bernilai tambah tersebut adalah waktu pindah, waktu inspeksi, dan waktu tunggu.

I.Perbandingan Sistem Biaya ABC dengan Sistem biaya tradisional
Suatu temuan yang konsisten dari buku akuntansi biaya tradisional adalah ketidak tepatan dalam menggunakan informasi biaya untuk menjalankan suatu pabrik manufakturing.
Hal ini berbeda dengan sistem biaya ABC yang memberikan informasi biaya yang lebih akurat. Sistem biaya ABC menelusuri biaya produksi tidak langsung ke unit, batch, lintasan produk, dan seluruh fasilitas berdasarkan aktifitas tiap level. Metode penentuan biaya ini menghasilkan biaya akhir produk yang lebih akurat dan lebih realistis.

Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya Activity- Based Costing (ABC) yang dikemukakan oleh Tunggal (1995) adalah sebagai berikut:
1. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu biaya (driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non reprersentatif.
2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya tradisional terfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan.
3. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi.
4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari pada sistem tradisional , karena kelompok biaya (Cost Pools) dan pemicu biaya (Cost Driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul.

J. Prosedur Pembebanan Biaya Sistem Activity-Based Costing (ABC)
Menurut Hariadi (2002) menjelaskan bahwa sistem biaya tradisional mendistribusikan biaya overhead produksi ke produk dengan menggunakan dasar aplikasi yang disebut dengan unit based measures (penggunaan berdasarkan jumlah/volume unit), yaitu jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya bahan baku langsung dibebankan secara rata pada seluruh produk yang dihasilkan. Sistem biaya ini mengasumsikan bahwa sumber daya yang dikonsumsi proporsional dengan acuan tersebut.
Sistem biaya tradisional ini menggunakan pembeban biaya dua tahap, tahap pertama adalah biaya overhead didistribusikan ke pusat-pusat biaya (cost centre). Pada tahap kedua, biaya yang terakumulasi dalam tiap pusat biaya dialokasikan ke produk dengan menggunakan pemicu unit based tersebut. Pertama kali menelusuri biaya keaktivitas dan kemudian keproduk yang dihasilkan. Dalam sistem biaya ABC ini juga dikenal adanya prosedur pembebanan biaya aktivitas kepada produk berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dikonsumsi oleh produk yang dihasilkan tersebut. Menurut Mulyadi (1993), prosedur pembebanan biaya overhead dengan sisitem ABC melalui dua tahap kegiatan: Tahap Pertama
Pengumpulan biaya dalam Cost Pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari empat langkah:
1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktifitas
2. Mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari empat kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing.
3. Mengidentifikasikan Cost Driver
Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit Cost Driver.
4. Menentukan tarif/unit Cost Driver  Adalah biaya per unit Cost Driver yang dihitung untuk suatu aktivitas Tarif/unit

K. Perhitungan Cost of Goods Manufactured Dengan Menggunakan Sistem Activity Based Costing
Metode ABC mencoba mengatasi masalah pembebanan biaya overhead pabrik. Dalam metode ini, biaya overhead akan dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi aktivitasnya secara nyata. Aktivitas-aktivitas yang dapat diidentifikasi dalam proses produksi yaitu. Biaya overhead yang dikeluarkan akibat dilakukannya aktivitas tersebut antara lain biaya listrik, biaya oli dan service, biaya obat, biaya sparepart, biaya umum, biaya service, biaya inspeksi, depresiasi bangunan, mesin dan kendaraan.
Aktivitas-aktivitas produksi dikelompokkan menjadi beberapa pusat aktivitas yaitu:
1.      Aktivitas Pemeliharaan Inventaris: Biaya Depresiasi Gedung
Biaya Depresiasi Mesin Biaya Depresiasi Kendaran Biaya Umum
2.      Aktivitas Proses Penenunan Kain: Biaya Setup , Biaya Listrik , Biaya Obat, Biaya Sparepart , Biaya Oli dan service
3.      Aktivitas inspeksi: Biaya inspeksi
Sumber Terkait :
Modul praktikan akuntansi manajemen dan praktikum, Universitas Gunadarma

CONTOH KASUS
.      PT Baju memproduksi 2 produk yaitu produk polos dan produk bercorak. Produk PT Baju yang bercorak diproduksi dalam jumlah yang sama dan biaya yang sama dengan produk polos. Kedua-duanya bervolume tinggi. PT Baju melakukan :
a.       40 persiapan untuk setiap produk dan mengeluarkan biaya persiapan sebesar Rp. 900.000 dengan rata-rata sebesar Rp 22.500/persiapan
b.      20 perubahan desain untuk setiap produk dan menegluarkan biaya perubahan desain sebesar Rp.700.000 dengan rata-rata sebesar Rp.35.000
c.       Menggunakan 160.000 jam tenaga kerja langsung dan mengeluarkan biaya overhead lain-lain sebesar Rp.3.200.000 dengan rata-rata sebesar 20 jam tenaga kerja langsung.
Jawab :
Data produksi terakhir PT Baju :
PT BAJU
Ikhtisar dari Produksi Tahun Terakhir

Polos
Bercorak
Total
Unit yang diproduksi
100.000
50.000

Biaya bahan baku langsung
Per Unit
Rp 10
Rp 15

Total
Rp 1.000.000
Rp 750.000
Rp 1.750.000
Tenaga Kerja Langsung
Jam Per unit
1
2

Total Jam
80.000
80.000

Total Biaya
Rp. 1.600.000
Rp 1.600.000
Rp 1.750.000
Persiapan
20
20

Perubahan desain
10
10

Overhead
Biaya Tingkat Batch


Rp. 900.000
Biaya Tingkat Produk


Rp.700.000
Overhead lain-lain


Rp. 3.200.000
Total Overhead


Rp. 4.800.000



Rp. 9.750.000

Berdasarkan data diatas, direktur PT BAJU meminta manajer akuntansinya untuk menghitung berapa biaya per unit berdasarkan perhitungan system ABC !
PERHITUNGAN :
PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC)
PT BAJU
PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS
Tarif Overhead:
Biaya persiapan tingkat batch                              Rp. 900.000:40=Rp. 22.500/persiapan
Biaya per kali perubahan-tingkat produk           Rp. 700.000:20=Rp. 35.000/perubahan
Overhead lain-lain                                                  Rp. 3.200.000:160.000=Rp. 20/jam TKL


polos
Bercorak
Total
Bahan baku langsung
Rp. 1000.000
Rp. 750.000
Rp. 1.750.000
Tenaga Kerja Langsung
1.600.000
1.600.000
3.200.000
Overhead :
Persiapan : Rp.22.500x20
450.000


Persiapan: Rp.22.500x20

450.000
900.000
Perubahan desain Rp.35.000x10
350.000


Perubahan desain Rp35.000x10

350.000
700.000
TKL Rp.20x80.000 jam
1.600.000


TKL Rp.20x80.000 jam

1.600.000
3.200.000
Total biaya
Rp. 5.000.000
Rp. 4.750.000
Rp. 9.750.000
Unit yang diproduksi
100.000
50.000

Biaya per unit
Rp. 50
Rp. 95


2.      Pabrik sepatu maya menghasilkan produk, nike dan adidas dan menggunakan sitem penetapan biaya dimana semua biaya tidak langsung dikumpulkan di dalam suatu poll biaya dan dialokasikan berdasarkan pada jam mesin. Manajemen blaine memutuskan untuk menetapkan ABC karena studi tentang biaya mengungkapkan bahwa biaya umum berhubungan dengan aktivitas set up dan aktivitas desain, banyaknya set up dan banyaknya jam mesin desain merupakan pendorong aktivitas untuk kedua biaya tersebut dan jam mesin selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya tidak langsung. Berikut ini informasi operasi tahun sekarang dari pabrik sepatu maya :


Nike
Adidas
Total
Unit yang diproduksi
800
17.000
17.800
Biaya bahan langsung
Per unit
Rp.250
Rp.50

Total
Rp.200.000
Rp.850.000
Rp.1.050.000
Biaya upah langsung
Rp.80.000
Rp.425.000
Rp.505.000
Jam desain
9.600
4.400
14.000
Setup
120
80
200
Jam mesin
5.000
45.000
50.000
Overhead
Desain


Rp.350.000
Setup


Rp.250.000
Lain-lain


Rp.1.200.000
Total overhead


Rp.1.450.000

Direktur pabrik sepatu maya meminta kepada bagian akuntansi :
Menghitung total biaya dan biaya per unit yang dilaporkan untuk kedua produk dengan sisttem perhitungan harga pokok ABC !

Perhitungan biaya produksi berdasarkan Sistem ABC
Pabrik sepatu ARHAN
Biaya produksi dengan sistem ABC
Tarif Overhead :
Desain : Rp.350.000 : 14.000 jam desain = Rp25/jam
Setup : Rp.250.000 : 200 Setup = 1.250 setup
Overhead lainnya : Rp.1.200.000 : 58.000 jam mesin = Rp 24 per jam mesin

Nike
Adidas
Total
Bahan Baku
Rp.200.000


Upah Langsung
Rp.80.000


Overhead :
Rp25x9600 jam desain
240.000


Rp25x4400 jam desain

110.000
350.000
Biaya setup
Rp.1.250x120 setup
150.000


RP.1.250x80 setup

100.000
250.000
Biaya lainnya
Rp 24x5000 jam mesin
120.000


Rp24x45.000 jam mesin

1.080.000
1.200.000
Total biaya
Rp.790.000
Rp.2.565.000
Rp.3.355.000
Unit yang diproduksi
800
17.000

Biaya per unit
Rp.987,50
Rp.150,88



Tidak ada komentar:

Posting Komentar