Metode ABC (Activity Based
Costing ) merupakan alternatif lain terhadap metode pembiayaan tradisional atas
biaya overhead. Konsep ini muncul karena dianggap metode tradisional tidak
tepat dalam mengalokasikan biaya overhead ke produksi hanya dengan mengandalkan
dasar bahan langsung, upah langsung ataupun unit produksi saja. Menurut konsep
ini pembebanan seperti itu tidak adil dan akan dapat memberikan informasi
keliru dalam pemberian informasi mengenai biaya produksi, oleh karena itu ABC
menawarkan agar pembebanan overhead ini juga didasarkan pada presentase
proporsional kepada biaya lain atau kepada produk. Tetapi kepada kegiatan yang
dilaksanakan untuk memproduksi barang itu, yang diperhatikan adalah unsur yang
men “drive” biaya itu (cost driver) bukan produknya. Kalau konsep ini
diterapkan maka keputusan yang diambil akan lebih tepat dan perusahaan tidak
mengalami kerugian hanya karena kesalahan unit cost.
A. Pengertian Metode ABC (Activity-Based Costing)
Activity Based Costing pada dasarnya
merupakan penentuan harga pokok produk yang ditujukan untuk menyajikan
informasi harga pokok produk secara cermat untuk kepentingan manajemen, dengan
mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang
digunakan untuk menghasilkan produk.
Definisi
activity-based costing menurut Maher adalah “a cost method that first assigns
costs to activities and then asigns them to product based on the product
consumption of activities.” (Maher 1997:236).
Definisi
lainnya adalah “ABC is method of product costing that focused on the activities
performed to produce product. It then asigns tha cost of activities to product
by using cost drivers that measure the activities performed.” (Weygandt et. Al.
1996:940)
Jadi ABC (Activity-Based Costing) adalah sistem akumulasi biaya dan pembebanan biaya ke produk dengan menggunakan berbagai cost driver, dilakukan dengan menelusuri biaya dari aktivitas dan setelah itu menelusuri biaya dari aktivitas ke produk.
Jadi ABC (Activity-Based Costing) adalah sistem akumulasi biaya dan pembebanan biaya ke produk dengan menggunakan berbagai cost driver, dilakukan dengan menelusuri biaya dari aktivitas dan setelah itu menelusuri biaya dari aktivitas ke produk.
B. Tujuan ABC (Activity-Based Costing)
Tujuan Activity Based Costing adalah untuk
menglokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu
organisasi dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk
sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk.
Full costing dan variable costing (konvensional)
menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada fase produk saja, sedangkan
untuk Activity Based Costing menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada
semua fase pembuatan produk yang terdiri dari :
1.
Fase design dan pengembangan produk
- Biaya design
(design expenses)
- Biaya
pengujian (testing expenses)
2.
Fase produksi
- Unit level
activity cost
- Batch level
activity cost
- Product
sustaining activity cost
- Facility sustaining activity
cost
3.
Fase dukungan logistik
- Biaya iklan
(advertising expenses)
- Biaya
distribusi (distribution expenses)
- Biaya
garansi produk (product guarantee expenses)
C. Konsep Dasar
ABC
Anggapan yang mendasari konsep
ABC adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan menimbulkan biaya
ABC berangkat dengan anggapan bahwa sumber daya pembantu
atau sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuan untuk melaksanakan
kegiatan, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan.
2. Produk menyebabkan timbulnya permintaan dan kegiatan
Untuk
membuat produk diperlukakn berbagai kegiatan, dan setiap kegiatan memerlukan
sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.
Dengan
konsep dasar ABC tersebut, biaya merupakan konsumsi sumber daya (seperti bahan
baku, sumber daya manusia, tekhnologi, modal) dihubungkan dengan kegiatan yang
mengkonsumsi sumber daya tersebut. Dengan demikian hanya dengan mengelola
dengan baik kegiatan untuk menghasilkan produk dan jasa, manjemen akan mampu
membawa perusahan unggul dalam persingan jangka panjang. Untuk mampu mengelola
kegiatan perusahaan, manajemen memerlukan informasi biaya yang
mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan perusahaan.
Pada awal penggembangannya ABC digunakan dalam
perusahaan-perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai macam produk dengan
biaya overhead tinggi. Dalam
merancang ABC, kegiatan untuk memproduksi dan menjual produk dalam perusahaan
yang menghasilkan berbagai macam produk dapat digolongkan ke dalam 4 macam
kelompok besar yaitu:
1. Facility Sustaining Activity Cost
Biaya ini
berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki
perusahaan. Biaya depresiasi dan amortisasi, biaya asuransi, biaya gaji
karyawan kunci perusahaan adalah contoh jenis biaya yang termasuk dalam
facility sustainining activity cost. Biaya
dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit produk yang dihasilkan
kapasitas activity cost.
2. Product Sustaining Activity Cost
Biaya ini
berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya
untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Biaya ini tidak
terpengaruh oleh jumlah unit yang diproduksi dan jumlah batch produksi yang
dilaksanakan oleh divisi penjual. Contoh biaya ini adalah biaya desain produk,
desain proses pengolahan produk, pengujian produk, biaya ini dibebankan kepada
produk atas dasar taksiran jumlah unit produk tertentu yang akan dihasilkan
selama umur produk tertentu (product life cycle).
3. Batch Activity Cost
Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksikan. Setiap cost yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan mesin
dan peralatan sebelum suatu order prosuksi diproses adalah contoh biaya yang
termasuk dalam golongan biaya ini, besar kecilnya biaya ini tergantung dari
frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Biaya ini tidak
dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap order
produksi. Pembeli dibebani batch activity cost berdasarkan jumlah batch actiity
cost yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam setiap menerima order dari pembeli.
4. Unit Level Activity Cost
Biaya ini
dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, biaya energi, biaya angkutan adalah contoh biaya yang
termasuk dalam golongan ini, biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan
jumlah unit produk dikalikan dengan jumlah produk yang sesunguhnya diperoleh.
D. Manfaat dan Keterbatasan Metode ABC
Manfaat ABC adalah:
Menentukan harga pokok produk secara lebih akurat, terutama untuk menghilangkan adanya subsidi silang sehingga tidak ada lagi pembebanan harga pokok jenis
tertentu terlalu tinggi (over costing) dan harga pokok jenis produk lain
terlalu rendah (under costing).
Memperbaiki pembuatan keputusan.
Dengan menggunakan ABC tidak hanya menyajikan informasi yang lebih akurat
mengenai biaya
produk, tetapi juga memberikan informasi bagi manajer tentang
aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya khususnya biaya tidak
langsung, yang merupakan hal penting bagi manajemen dalam pengambilan keputusan
baik mengenai produk maupun dalam mengelola aktivitas-aktivitas sehingga dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha.
Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead
Biaya
overhead di sebabkan oleh aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaan.
Sistem ABC memudahkan manajer dalam mengendalikan aktivitas-aktivitas yang
menimbulkan biaya overhead tersebut.
E. Keterbatasan ABC adalah:
1. Sistem ABC menghendaki data-data
yang tidak biasa dikumpulkan oleh suatu perusahaan, seperti jumlah set-up,
jumlah inspeksi, jumlah order yang diterima.
2. Pada ABC pengalokasian biaya
overhead pabrik, seperti biaya asuransi dan biaya penyusutan pabrik ke
pusat-pusat aktivitas lebih sulit dilakukan secara akurat karena makin banyaknya
jumlah pusat-pusataktivitas.
F. Tahap-tahap ABC
Tahap-tahap dalam penerapan
ABC adalah sebagai berikut:
a.
Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas
Pengindentifikasian aktivitas-aktivitas menghendaki adanya daftar
jenis-jenis pekerjaan yang terdapat dalam perusahaan yang berkaitan dengan
proses produksi.
b.
Membebankan biaya ke aktivitas-aktivitas
Setiap kali
suatu aktivitas ditetapkan, maka biaya pelaksanaan aktivitas tersebut
ditentukan.
c.
Menentukan activity driver
Langkah berikutnya
adalah menentukan activity driver untuk masing-masing aktivitas yang merupakan
faktor penyebab pengendali dari aktivitas-aktivitas tersebut.
d.
Menentukan tarif
Dalam menentukan tarif ini, total biaya dari setiap aktivitas dibagi dengan
total activity driver yang digunakan untuk aktivitas tersebut.
e.
Membebankan biaya ke produk
Langkah
selanjutnya adalah mengkalikan tarif yang diperoleh untuk setiap aktivitas
tersebut dengan aktivitas driver yang dikonsumsi oleh tiap-tiap jenis produk yang
diproduksi kemudian membaginya dengan jumlah unit yang diproduksi untuk tiap
produk.
G. Sistem Biaya Activity-Based Costing (ABC)
Activity-Based
Costing (ABC) telah dikembangkan pada
organisasi sebagai suatu solusi untuk masalah-masalah yang tidak dapat
diselesaikan dengan baik oleh sistem biaya tradisional, Sistem biaya ABC ini
merupakan hal yang baru sehingga konsepnya masih dan terus berkembang, sehingga
ada berbagai defenisi yang menjelaskan tentang sistem biaya ABC itu
sendiri.
Beberapa ahli memberikan
defenisi mengenai sistem biaya Activity based Costing sebagai berikut:
Mulyadi (1993) : "ABC
merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang ditujukan untuk
menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen,
dengan mengikursecara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang
digunakan untuk menghasilkan produk."
Tunggal (1992) : "Bahwa
ABC Sistem tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih
akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan
bagaimana mengelolanya, sehingga ABC System juga dikenal sebagai sistem
manajemen yang pertama."
Garrison dan Norren (2000) : "Metode
costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer
untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi
kapasitas dan juga biaya tetap."
Morse, Davis dan Hartgraves (1991) :
Dalam bukunya Management Accounting memberikan
definisi mengenai Activity-Based Costing (ABC), sebagai sistem
pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya keobjek biaya dengan dasar
aktivitas yang menyebabkan biaya. Sistem ABC ini didasarkan pada
pemikiran bahwa aktivitas penyebab biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan
keobjek biaya dengan dasar aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan. Sistem ABC
ini menelusuri biaya ke produk sebagai dasar aktivitas yang digunakan untuk
menghasilkan produk tersebut.
H. Keunggulan dari Sistem Biaya Activity-Based Costing (ABC)
Nurhayati (2004) menjelaskan
beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity based Costing (ABC) dalam
penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut:
·
Biaya produk
yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur teknologi tinggi
dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari
total biaya.
·
Semakin
banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang modern,
terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang. Analisis system
biaya ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga
biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.
·
Sistem biaya
ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities
cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
·
Sistem biaya
ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan
membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak
menambah nilai terhadap produk.
·
Sistem biaya
ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem dengan
menggunakan banyak pemicu biaya (multiple Cost Drivers), banyak dari
pemicu biaya tersebut adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari
pada berbasis volume produk.
·
Sistem biaya
ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk
variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang relevan
terhadap pengambilan keputusan yang strategik.
·
Sistem biaya
ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area
tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.
Sistem ABC ini akan menghilangkan
aktivitas-aktivitas dan waktu yang tidak memiliki nilai tambah pada proses
pembuatan suatu produk. Waktu yang tidak bernilai tambah tersebut adalah waktu
pindah, waktu inspeksi, dan waktu tunggu.
I.Perbandingan Sistem Biaya ABC dengan Sistem biaya tradisional
Suatu temuan yang konsisten dari
buku akuntansi biaya tradisional adalah ketidak tepatan dalam menggunakan
informasi biaya untuk menjalankan suatu pabrik manufakturing.
Hal ini
berbeda dengan sistem biaya ABC yang memberikan informasi biaya yang
lebih akurat. Sistem biaya ABC menelusuri biaya produksi tidak langsung
ke unit, batch, lintasan produk, dan seluruh fasilitas berdasarkan aktifitas
tiap level. Metode penentuan biaya ini menghasilkan biaya akhir produk yang
lebih akurat dan lebih realistis.
Beberapa
perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya Activity-
Based Costing (ABC) yang dikemukakan oleh Tunggal (1995) adalah sebagai
berikut:
1. Sistem biaya ABC menggunakan
aktivitas-aktivitas sebagai pemicu biaya (driver) untuk menentukan
seberapa besar konsumsi overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem
biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan
satu atau dua basis alokasi yang non reprersentatif.
2. Sistem biaya ABC memfokuskan
pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya tradisional terfokus pada
performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya
tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk,
angka-angkanya tidak dapat diandalkan.
3. Sistem biaya ABC memerlukan
masukan dari seluruh departemen persyaratan ini mengarah ke integrasi
organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang
mengenai organisasi.
4. Sistem biaya
ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari
pada sistem tradisional , karena kelompok biaya (Cost Pools) dan pemicu
biaya (Cost Driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat
menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilang biaya
aktual apabila kebutuhan muncul.
J. Prosedur
Pembebanan Biaya Sistem Activity-Based Costing (ABC)
Menurut Hariadi (2002) menjelaskan
bahwa sistem biaya tradisional mendistribusikan biaya overhead produksi
ke produk dengan menggunakan dasar aplikasi yang disebut dengan unit based
measures (penggunaan berdasarkan jumlah/volume unit), yaitu jam tenaga kerja
langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya bahan baku langsung
dibebankan secara rata pada seluruh produk yang dihasilkan. Sistem biaya ini
mengasumsikan bahwa sumber daya yang dikonsumsi proporsional dengan acuan
tersebut.
Sistem biaya tradisional ini
menggunakan pembeban biaya dua tahap, tahap pertama adalah biaya overhead didistribusikan
ke pusat-pusat biaya (cost centre). Pada tahap kedua, biaya yang
terakumulasi dalam tiap pusat biaya dialokasikan ke produk dengan menggunakan
pemicu unit based tersebut. Pertama kali menelusuri biaya keaktivitas dan
kemudian keproduk yang dihasilkan. Dalam sistem biaya ABC ini juga
dikenal adanya prosedur pembebanan biaya aktivitas kepada produk berdasarkan
aktivitas-aktivitas yang dikonsumsi oleh produk yang dihasilkan tersebut. Menurut Mulyadi (1993), prosedur pembebanan biaya overhead dengan
sisitem ABC melalui dua tahap kegiatan: Tahap Pertama
Pengumpulan
biaya dalam Cost Pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen,
terdiri dari empat langkah:
1. Mengidentifikasi
dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktifitas
2. Mengklasifikasikan
aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada langkah ini biaya digolongkan
kedalam aktivitas yang terdiri dari empat kategori yaitu: Unit level
activity costing, Batch related activity costing, product sustaining activity
costing, facility sustaining activity costing.
3. Mengidentifikasikan
Cost Driver
Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit Cost Driver.
4. Menentukan
tarif/unit Cost Driver Adalah
biaya per unit Cost Driver yang dihitung untuk suatu aktivitas
Tarif/unit
K. Perhitungan
Cost of Goods Manufactured Dengan Menggunakan Sistem Activity Based Costing
Metode ABC mencoba mengatasi masalah
pembebanan biaya overhead pabrik. Dalam metode ini, biaya overhead akan
dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi aktivitasnya secara nyata.
Aktivitas-aktivitas yang dapat diidentifikasi dalam proses produksi yaitu. Biaya
overhead yang dikeluarkan akibat dilakukannya aktivitas tersebut antara lain
biaya listrik, biaya oli dan service, biaya obat, biaya sparepart, biaya umum,
biaya service, biaya inspeksi, depresiasi bangunan, mesin dan kendaraan.
Aktivitas-aktivitas produksi
dikelompokkan menjadi beberapa pusat aktivitas yaitu:
1. Aktivitas Pemeliharaan Inventaris: Biaya Depresiasi Gedung
Biaya
Depresiasi Mesin Biaya Depresiasi Kendaran Biaya Umum
2. Aktivitas Proses Penenunan Kain: Biaya Setup , Biaya Listrik , Biaya Obat,
Biaya Sparepart , Biaya Oli dan service
3. Aktivitas inspeksi: Biaya inspeksi
Sumber Terkait :
Modul praktikan akuntansi
manajemen dan praktikum, Universitas Gunadarma
CONTOH
KASUS
. PT Baju memproduksi 2 produk yaitu produk polos
dan produk bercorak. Produk PT Baju yang bercorak diproduksi dalam jumlah yang
sama dan biaya yang sama dengan produk polos. Kedua-duanya bervolume tinggi. PT Baju melakukan :
a.
40 persiapan untuk setiap produk dan
mengeluarkan biaya persiapan sebesar Rp. 900.000 dengan rata-rata sebesar Rp
22.500/persiapan
b.
20 perubahan desain untuk setiap produk dan
menegluarkan biaya perubahan desain sebesar Rp.700.000 dengan rata-rata sebesar
Rp.35.000
c.
Menggunakan 160.000 jam tenaga kerja langsung
dan mengeluarkan biaya overhead lain-lain sebesar Rp.3.200.000 dengan rata-rata
sebesar 20 jam tenaga kerja langsung.
Jawab :
Data produksi terakhir PT Baju :
PT BAJU
Ikhtisar dari Produksi Tahun Terakhir
Polos
|
Bercorak
|
Total
|
|
Unit yang diproduksi
|
100.000
|
50.000
|
|
Biaya bahan baku langsung
|
|||
Per Unit
|
Rp 10
|
Rp 15
|
|
Total
|
Rp 1.000.000
|
Rp 750.000
|
Rp 1.750.000
|
Tenaga Kerja Langsung
|
|||
Jam Per unit
|
1
|
2
|
|
Total Jam
|
80.000
|
80.000
|
|
Total Biaya
|
Rp. 1.600.000
|
Rp 1.600.000
|
Rp 1.750.000
|
Persiapan
|
20
|
20
|
|
Perubahan desain
|
10
|
10
|
|
Overhead
|
|||
Biaya Tingkat Batch
|
Rp. 900.000
|
||
Biaya Tingkat Produk
|
Rp.700.000
|
||
Overhead lain-lain
|
Rp. 3.200.000
|
||
Total Overhead
|
Rp. 4.800.000
|
||
Rp. 9.750.000
|
Berdasarkan data diatas, direktur PT BAJU meminta manajer akuntansinya
untuk menghitung berapa biaya per unit berdasarkan perhitungan system ABC !
PERHITUNGAN :
PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS
(ABC)
PT BAJU
PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS
|
Tarif Overhead:
Biaya persiapan tingkat
batch
Rp. 900.000:40=Rp. 22.500/persiapan
Biaya per kali perubahan-tingkat
produk Rp.
700.000:20=Rp. 35.000/perubahan
Overhead
lain-lain
Rp.
3.200.000:160.000=Rp. 20/jam TKL
|
polos
|
Bercorak
|
Total
|
|
Bahan baku langsung
|
Rp. 1000.000
|
Rp. 750.000
|
Rp. 1.750.000
|
Tenaga Kerja Langsung
|
1.600.000
|
1.600.000
|
3.200.000
|
Overhead :
|
|||
Persiapan : Rp.22.500x20
|
450.000
|
||
Persiapan: Rp.22.500x20
|
450.000
|
900.000
|
|
Perubahan desain Rp.35.000x10
|
350.000
|
||
Perubahan desain Rp35.000x10
|
350.000
|
700.000
|
|
TKL Rp.20x80.000 jam
|
1.600.000
|
||
TKL Rp.20x80.000 jam
|
1.600.000
|
3.200.000
|
|
Total biaya
|
Rp. 5.000.000
|
Rp. 4.750.000
|
Rp. 9.750.000
|
Unit yang diproduksi
|
100.000
|
50.000
|
|
Biaya per unit
|
Rp. 50
|
Rp. 95
|
2.
Pabrik sepatu maya menghasilkan produk, nike dan
adidas dan menggunakan sitem penetapan biaya dimana semua biaya tidak langsung
dikumpulkan di dalam suatu poll biaya dan dialokasikan berdasarkan pada jam
mesin. Manajemen blaine memutuskan untuk menetapkan ABC karena studi tentang
biaya mengungkapkan bahwa biaya umum berhubungan dengan aktivitas set up dan
aktivitas desain, banyaknya set up dan banyaknya jam mesin desain merupakan
pendorong aktivitas untuk kedua biaya tersebut dan jam mesin selanjutnya
digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya tidak langsung. Berikut ini informasi operasi tahun sekarang
dari pabrik sepatu maya :
Nike
|
Adidas
|
Total
|
|
Unit yang diproduksi
|
800
|
17.000
|
17.800
|
Biaya bahan langsung
|
|||
Per unit
|
Rp.250
|
Rp.50
|
|
Total
|
Rp.200.000
|
Rp.850.000
|
Rp.1.050.000
|
Biaya upah langsung
|
Rp.80.000
|
Rp.425.000
|
Rp.505.000
|
Jam desain
|
9.600
|
4.400
|
14.000
|
Setup
|
120
|
80
|
200
|
Jam mesin
|
5.000
|
45.000
|
50.000
|
Overhead
|
|||
Desain
|
Rp.350.000
|
||
Setup
|
Rp.250.000
|
||
Lain-lain
|
Rp.1.200.000
|
||
Total overhead
|
Rp.1.450.000
|
Direktur pabrik sepatu
maya meminta kepada bagian akuntansi :
Menghitung total biaya
dan biaya per unit yang dilaporkan untuk kedua produk dengan sisttem
perhitungan harga pokok ABC !
Perhitungan biaya produksi berdasarkan Sistem ABC
Pabrik sepatu ARHAN
Biaya produksi dengan sistem ABC
Tarif Overhead :
Desain : Rp.350.000 : 14.000 jam desain = Rp25/jam
Setup : Rp.250.000 : 200 Setup = 1.250 setup
Overhead lainnya : Rp.1.200.000 : 58.000 jam mesin = Rp 24 per jam mesin
Nike
|
Adidas
|
Total
|
|
Bahan Baku
|
Rp.200.000
|
||
Upah Langsung
|
Rp.80.000
|
||
Overhead :
|
|||
Rp25x9600 jam desain
|
240.000
|
||
Rp25x4400 jam desain
|
110.000
|
350.000
|
|
Biaya setup
|
|||
Rp.1.250x120 setup
|
150.000
|
||
RP.1.250x80 setup
|
100.000
|
250.000
|
|
Biaya lainnya
|
|||
Rp 24x5000 jam mesin
|
120.000
|
||
Rp24x45.000 jam mesin
|
1.080.000
|
1.200.000
|
|
Total biaya
|
Rp.790.000
|
Rp.2.565.000
|
Rp.3.355.000
|
Unit yang diproduksi
|
800
|
17.000
|
|
Biaya per unit
|
Rp.987,50
|
Rp.150,88
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar